2. Sepakbola Gajah di Piala Tiger 1998
Bisa dibilang ini merupakan salah satu kisah paling memalukan dalam sejarah sepakbola Indonesia. Momen sepakbola gajah yang dilakukan oleh Timnas Indonesia ini terjadi dalam gelaran Piala Tiger 1998 yang berlangsung di Ho Chi Minh City, Vietnam.
Kala itu, Pasukan Garuda menghadapi Thailand, tetapi kedua tim sama-sama tak mau menang untuk menghindari pertemuan dengan Vietnam di semifinal. Mereka rela kalah agar bisa berjumpa dengan Singapura, yang dianggap lebih mudah untuk dikalahkan.
Kemudian, saat skor imbang 2-2 bertahan hingga menit ke-90, tiba-tiba momen memalukan itu terjadi. Adalah Mursyid Effendi yang menjadi aktor utama dari kisah yang paling mencoreng dalam sejarah sepakbola Tanah Air ini.
Mursyid tiba-tiba dengan sadar dan sengaja membobol gawang Indonesia, yang saat itu dijaga Kurnia Sandy pada saat tambahan waktu babk kedua. Alhasil, Tim Merah-Putih kalah 2-3 dari Thailand, yang kemudian disingkirkan Vietnam di semifinal.
Ironisnya, Bima Sakti dan kolega kala itu malah melakukan selebrasi atas gol bunuh diri tersebut. Alhasil, pertandingan tersebut dikenal dengan nama tragedi ‘Sepakbola Gajah’.
Insiden itu pun membuat PSSI didenda sebesar USD 40 ribu oleh FIFA karena melakukan tindakan tidak sportif. Mursyid Effendi pun diganjar hukuman seumur hidup tak boleh aktif dalam dunia persepakbolaan internasional oleh Federasi Sepakbola Dunia itu.
Setelah itu, Azwar Anas, yang kala itu menjabat sebagai Ketua Umum PSSI, akhirnya memilih mundur dari dapukannya. Sebab, dia merasa malu dengan tragedi sepakbola gajah yang dilakukan oleh Timnas Indonesia.
Tragedi itu jelas menjadi perbincangan di dunia internasional. Para media-media luar negeri ramai membicarakan ‘kebodohan’ yang dilakukan oleh Pasukan Garuda di Piala Tiger 1998.
3. Meninggalnya Diego Mendieta karena Gajinya Tak Dibayar Selama 6 Bulan oleh Persis Solo
Diego Mendieta meninggal dunia pada 4 Desember 2012 silam di RS Dr Moerwardi, Solo. Hal itu terjadi lantaran dirinya menderita sakit tifus selama berminggu-minggu.
Awalnya, pemain asal Paraguay itu dirawat di RSI Yarsis Solo selama sepekan. Kemudian, setelah empat hari pulang, dia kembali masuk ruang perawatan di PKU Muhammadiyah Solo. Lalu, usai lima hari di sana, dia dirjuk ke RS Moewardi dan akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya di sana.
Salah satu penyebab pengobatan Mendieta terputus-putus adalah kekurangan biaya. Pasalnya, dia tak menerima gaji selama enam bulan dari Persis Solo yang nilainya dikabarkan mencapai Rp154 juta. Dia hanya dibantu oleh rekan-rekan setimnya selama menjalani perawatan di rumah sakit.
Meninggalnya Mendieta pun membuat media-media internasional ramai memberitakannya, khususnya di negara asalnya, Paraguay. Salah satunya adalah Koran ABC Color, yang mengabarkan bahwa Mendieta meninggal karena tak digaji selama enam bulan oleh klubnya.
Kemudian CNN International pun menulis artikel soal kematian Mendieta berjudul Football’s Forgotten Man. Kemudian, Kantor Berita BBC juga memberitakan hal itu dengan judul Footballes Diego Mendieta’s Death Prompts Indonesia Row.