Sebagai bek tengah, Risto tahu perannya tidak hanya menjaga gawang dari kebobolan. Ia harus jadi pemimpin di lini belakang, jadi panutan di ruang ganti, dan jadi ‘tembok’ bagi lawan. Mentalitas ini yang ia bawa ke Persebaya. Ia tak ingin sekadar datang, bermain, lalu pergi. Ia ingin meninggalkan warisan.
Risto bahkan menyebut dirinya sangat menantikan debut di depan Bonek dan Bonita. Baginya, suporter adalah jiwa dari klub. Dan ia ingin membuktikan kepada mereka bahwa dirinya layak mengenakan lambang Persebaya di dada.
Kedatangannya menjadi bagian dari perombakan skuad besar-besaran yang dilakukan manajemen Persebaya. Selain Risto, Gali Freitas juga sudah bergabung, serta dua bintang lama yang dipulangkan: Rachmat Irianto dan Koko Ari. Langkah ini menunjukkan Persebaya sedang membangun bukan hanya tim, tapi juga fondasi identitas yang kuat.
Kini, dari yang dulu musuh, Risto telah menjadi saudara. Ia datang bukan sekadar untuk bermain, tetapi untuk bertarung bersama. Bukan lagi melawan sorakan Bonek, tapi bertarung demi mereka. Dan bagi Risto, ini adalah babak baru yang layak diperjuangkan sepenuh hati.