Rekomendasi FIFA tersebut disampaikan melalui sebuah surat yang ditandatangani oleh FIFA Senior Pitch Manager Alan Ferguson. Dalam surat tersebut, FIFA mencatat adanya perubahan lokasi dari Stadion GBK Jakarta menjadi JIS.
Keputusan mengacu pada hasil penilaian manajemen lapangan, FIFA mencatat saat ini, permukaan lapangan JIS menggunakan sistem tipe karpet dengan pengisi 60mm di bagian atas, bagian itu biasanya terbuat dari bahan jenis organik.
FIFA mengemukakan kesulitan yang akan timbul jika mempertahankan sistem seperti itu. Kesulitan itu adalah efektivitas akar yang sulit mencapai bagian alas karpet karena terhalang 5 cm, antara zona akar atas dan zona akar bawah yang membuat pertumbuhan akar menjadi tidak efektif.
Lapangan dengan jenis karpet seperti ini juga akan mempersulit proses perawatan dengan mekanisme tertentu. Hal ini telah menjadi masalah yang umum dengan beberapa karpet yang tersedia di pasaran.
Konsep yang ingin dimiliki adalah permukaan lapangan yang dapat ditukar dengan cepat pada multifungsi stadion, dalam suatu turnamen. Namun, sistem ini tidak memiliki putaran yang konsisten dan kualitas pertandingan yang dihasilkan tidak sama.
“Pada pertandingan juga dapat menghasilkan banyak kerusakan kecil akibat dari pengakaran yang dangkal pada permukaan,” tulis FIFA dalam surat tersebut.
Jenis rumput di Indonesia adalah Zoysia yang lambat untuk pulih dan ini akan menghasilkan permukaan lapangan yang buruk di stadion JIS. Dengan skenario karpet seperti itu, bisa menyebabkan kerusakan kecil yang dapat terjadi dengan cepat setelah 2 atau 3 pertandingan.
“Karena beberapa kelemahan diatas, FIFA menjelaskan, sistem hybrid berbasis karpet saat ini akan menimbulkan risiko besar bagi turnamen dan dapat mengakibatkan lapangan JIS tidak dapat direkomendasikan sebagai tempat pertandingan untuk FU17WC Indonesia 2023™️. Dari perspektif manajemen lapangan, sistem karpet seperti itu perlu dihilangkan. Setelah lapisan sedalam 5cm dilepas, dapat diganti dengan zona akar baru dan dipasang baru dipasang,” ujarnya.