Pelatih berusia 61 tahun itu menyebut, setiap tim butuh proses bertahap. Baginya, tidak mungkin langsung meraih kesuksesan instan tanpa perjalanan panjang.
“Jadi tidak mungkin juga dari posisi paling bawah langsung ke atas, itu tidak mungkin. Kita berkembang setahap demi setahap. Kalau kita melihat ke belakang, U-23 juga tidak memiliki juara dengan pelatih-pelatih sebelumnya,” katanya.
Dengan filosofi itu, Gerald menekankan fokusnya adalah membangun fondasi jangka panjang. Dia tidak menutup mata terhadap kelemahan yang sempat terlihat di Piala AFF U-23, khususnya soal penyelesaian akhir yang dinilai masih kurang tajam.
Gerald mengungkapkan saat melawan Vietnam, Indonesia sebenarnya menguasai jalannya pertandingan.
“Saat melawan Vietnam kita memiliki penguasaan bola hampir 60-70 persen. Itu sudah bagus, hanya saja kita tidak memiliki banyak kesempatan mencetak gol,” jelasnya.
Karena itu, dia menegaskan target utama tim adalah meningkatkan efektivitas serangan. Filosofi Vanenburg, khas pelatih Belanda, lebih menekankan pada penguasaan bola dan permainan rapi. Berbeda dengan Shin Tae-yong yang lebih menekankan efektivitas dan kecepatan transisi.
“Dari situ kita harus bisa mengevaluasi, bagaimana bisa menjaga penguasaan bola sebanyak itu, tapi bisa mencetak gol,” tegas Gerald.