Media itu juga menegaskan meski era kolonial telah berakhir puluhan tahun lalu, hubungan emosional dan kultural di dunia sepak bola tetap terjaga.
“Setelah berabad-abad penjajahan usai, hubungan antara Belanda dan Indonesia tidak benar-benar terputus. Kini, keterikatan itu kembali terlihat di lapangan hijau,” tulis mereka.
Dalam pandangan Madhyamam, Indonesia kini berada di masa keemasan baru. Generasi pemain keturunan Belanda menjadi penggerak utama kemajuan sepak bola nasional.
“Sepak bola Indonesia memang lama berproses, tapi kini kita melihat generasi baru yang tumbuh dengan karakter modern dan semangat nasionalisme yang kuat,” tulis laporan tersebut.
Fenomena pemain diaspora ini memang mencuri perhatian banyak pihak. Setelah Jordi Amat dan Sandy Walsh membuka jalan, muncul gelombang baru seperti Thom Haye, Ragnar Oratmangoen, Jay Idzes, hingga dua nama terbaru — Miliano Jonathans dan Mauro Zijlstra — yang baru saja menerima paspor Indonesia. Kombinasi teknik Eropa dan semangat lokal dianggap menjadi senjata ampuh bagi Garuda di kancah Asia.
Menariknya, kiprah Timnas Indonesia sejauh ini juga menunjukkan hasil positif. Dalam dua pertemuan terakhir melawan Arab Saudi, skuad Garuda tak terkalahkan — imbang 1-1 saat tandang dan menang 2-0 di kandang. Catatan ini membuat optimisme publik semakin besar menjelang duel Kamis (9/10/2025) dini hari WIB.
Julukan “warisan kolonial Belanda” yang disematkan media Arab Saudi justru menjadi pengakuan atas pesatnya kemajuan sepak bola Indonesia. Dari luka sejarah penjajahan, kini lahir generasi pemain yang membalikkan cerita — menjadikan warisan masa lalu sebagai kekuatan masa depan. Garuda bukan lagi hanya simbol perjuangan, tetapi representasi nyata kebangkitan sepak bola nasional menuju level dunia.