Saat main di markas Irak, STY menurunkan trio Marc Klok, Ricky Kambuaya, dan Adam Alis di tengah. Hanya Klok yang kuat dalam bertahan, sementara Kambuaya tak terlalu maksimal mendapat tugas itu.
Kemudian, di kandang Filipina, sang pelatih menurunkan trio Kambuaya, Rachmat Irianto dan Asnawi Mangkualam sebagai gelandang. Tak ada Klok yang kuat sebagai pembagi bola, sehingga aliran bola tak berjalan baik.
Lemahnya peran para gelandang membuat ritme permainan Timnas Indonesia tak berdetak sesuai keinginan. Parahnya lagi, ketiga gelandang itu gagal menjadi tameng melapis pertahanan. Sehingga, bocornya lini tengah membuat serangan lawan langsung bertemu tiga bek tengah.
Tak pelak, pertahanan menjadi rapuh dan terlalu mudah ditembus. Statistik menyebut, Irak sukses melepas sembilan tembakan dengan empat tepat sasaran yang menjadi gol, plus satu gol bunuh diri Jordi Amat.
Bahkan, Filipina berhasil melayangkan 12 tembakan, dengan lima on target. Untung hanya satu yang berhasil jadi gol, sementara empat lainnya digagalkan Ernando Ari.
Meski begitu, STY masih punya waktu untuk memperbaiki semua ini. Dia harus cepat menyelesaikan PR ini, karena putaran final Piala Asia 2023 sudah di depan mata.
Sebelum melanjutkan putaran kedua Kualifikasi Piala Dunia 2026, Tim Garuda harus lebih dulu turun pada Piala Asia 2023 di Qatar, mulai 15 Januari mendatang. Ada Irak, Vietnam dan Jepang yang bakal dihadapi dalam Grup D.
Jika masih main seperti di dua laga kemarin, tampaknya mimpi Timnas Indonesia untuk lolos ke 16 besar Piala Asia 2023 bakal hancur berantakan. Jika itu terjadi, tak salah jika PSSI kembali berpikir ulang untuk memperpanjang masa kerja STY di Timnas Indonesia.