SIDOARJO, iNews.id – Gerald Vanenburg melontarkan kritik tajam soal minimnya menit bermain pemain Timnas Indonesia U-23 di klub Super League. Pelatih asal Belanda itu menilai, sebagian besar pemain Garuda Muda hanya menjadi ban serep dan jarang diturunkan, sehingga berdampak pada kualitas tim nasional.
Dari 23 pemain yang dipanggilnya, hanya segelintir nama yang reguler mendapat kesempatan bermain. Cahya Supriadi, Arkhan Fikri, Ananda Raehan, Kakang Rudianto, Toni Firmansyah, hingga Salim Akbar Tuharea menjadi sedikit dari mereka yang cukup sering tampil. Sementara pemain lain seperti Jens Raven dan Rafael Struick hampir tidak mendapat menit bermain signifikan di klub.
Situasi ini membuat Vanenburg geram. Dia menegaskan PSSI harus duduk bersama klub untuk mencari jalan keluar. Selama ini memang ada aturan kewajiban memainkan pemain U-23 selama 45 menit, tetapi kenyataannya hal itu belum cukup mendongkrak jam terbang.
“Paling penting di sini adalah kita tidak menyudutkan pelatih-pelatih, atau klub yang ada, melihat kondisi dan situasi, dimana para pemain yang tidak bermain dengan cukup baik, diperlukan oleh kita duduk bersama dari tim nasional, dan dari klub untuk mencari solusi untuk menghadapi permainan untuk menghadapi masalah ini,” kata Gerald Vanenburg.
Menurutnya, salah satu penyebab utama adalah meningkatnya kuota pemain asing. Saat ini, setiap klub boleh memainkan hingga delapan pemain asing dari total sebelas yang dimiliki. Akibatnya, kesempatan untuk pemain muda semakin terbatas.