Vanenburg membandingkan kondisi ini dengan Timnas Indonesia U-17 yang dilatih Nova Arianto. Tim tersebut berhasil tampil solid karena menjalani pemusatan latihan selama delapan bulan, sementara skuad U-23 hanya berkumpul sekitar sepekan sebelum kualifikasi.
“Bagaimanapun juga kita memerlukan waktu yang besar, waktu yang cukup panjang, bersama untuk menyelesaikan masalah ini. Jadi kalau kembali lagi ke klub ini bukan untuk menyudutkan para pelatih dan klub,” ujarnya.
Dia menekankan kembali, masalah ini harus diselesaikan bersama. Bukan sekadar menyalahkan pihak klub, tetapi mencari cara agar pemain muda mendapatkan pengalaman bertanding yang memadai. “Tapi bagaimana kita bisa mencari sebuah solusi bersama untuk menyelesaikan masalah ini yang cukup serius,” tambah Vanenburg.
Situasi ini makin rumit karena Garuda Muda sedang berjuang lolos ke Piala Asia U-23 2026. Dari dua laga melawan Laos dan Makau, Indonesia baru mengumpulkan empat poin. Hasil imbang kontra Laos membuat peluang lolos lewat jalur empat runner-up terbaik sudah tertutup. Satu-satunya jalan, Garuda Muda wajib menang kontra Korea Selatan.
Tantangan berat menanti di laga terakhir Grup J saat menghadapi Korea Selatan, Selasa (9/9/2025) di Stadion Gelora Delta Sidoarjo. Lawan yang belum kebobolan dan selalu menang besar atas Laos dan Makau membuat Garuda Muda harus tampil habis-habisan untuk menjaga asa ke putaran final.