Peneliti Kembangkan Smartwatch Bisa Deteksi Covid-19 Lewat Keringat

Intan Rakhmayanti Dewi
Ilmuwan dari University of Texas di Dallas, meneliti perangkat seukuran jam tangan yang dapat menganalisis keringat dan dapat melihat tanda-tanda badai sitokin disebabkan Covid-19. (Foto: Daily Mail)

Meskipun tes darah dapat mengukur sitokin, tes ini sulit dilakukan di rumah, dan tidak dapat terus memantau kadar protein. Sitokin diekskresikan dalam keringat pada tingkat yang lebih rendah daripada dalam darah.

Untuk mengumpulkan cukup keringat untuk pengujian, para ilmuwan telah meminta pasien untuk berolahraga, atau mereka telah menerapkan arus listrik kecil ke kulit pasien. Namun, prosedur ini sendiri dapat mengubah kadar sitokin.

"Ketika berbicara tentang sitokin, kami menemukan bahwa Anda harus mengukurnya dalam keringat pasif," ujar Shalini.

Tim memperkirakan bahwa kebanyakan orang hanya menghasilkan sekitar 5 mikroliter, atau sepersepuluh tetes, keringat pasif di kulit seluas 0,5 inci dalam 10 menit.

Jadi para peneliti ingin mengembangkan metode yang sangat sensitif untuk mengukur kadar sitokin dalam sejumlah kecil keringat pasif. Mereka menggunakan penelitian sebelumnya tentang sensor keringat yang dapat dipakai untuk memantau penanda penyakit radang usus (IBD).

Perangkat seperti jam tangan ini mengukur tingkat dua protein yang melonjak selama IBD menyala dan saat dikenakan di lengan, keringat pasif berdifusi ke dalam strip sensor. Sensor tersebut  berisi dua elektroda, dilapisi dengan antibodi yang mengikat kedua protein, suatu proses yang mengubah arus listrik yang menuju ke reader.

Reader itu kemudian akan mentransfer data secara  nirkabel ke aplikasi smartphone yang mengubah pengukuran listrik menjadi konsentrasi protein.

Setelah beberapa menit, keringat lama berdifusi, dan keringat yang baru keluar masuk ke strip untuk dianalisis. Untuk sensor sitokin baru mereka, yang dikenal sebagai SWEATSENSER Dx, para peneliti membuat strip sensor dengan antibodi terhadap tujuh protein pro-inflamasi.

SWEATSENSER Dx cukup sensitif mengukur sitokin pada pasien yang memakai obat anti-inflamasi, mengeluarkan jauh lebih sedikit bahan kimia. Perangkat melacak level sitokin hingga 168 jam sebelum strip sensor perlu diganti.

Editor : Dani M Dahwilani
Artikel Terkait
Seleb
16 hari lalu

Ariana Grande Terkena Covid-19 hingga Sejumlah Acara Dibatalkan, Begini Kondisinya

Health
20 hari lalu

Apa Benar Alat Tes TBC INDIGEN dari PCR Covid-19? Ini Faktanya!

Mobil
21 hari lalu

Pemerintah Siapkan Insentif Otomotif, Skema Mirip saat Covid-19

Nasional
2 bulan lalu

Kasus Covid-19 Naik Lagi di Indonesia, Anak-Anak Paling Rentan!

Berita Terkini
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
Network Updates
News updates from 99+ regions
Personalize Your News
Get your customized local news
Login to enjoy more features and let the fun begin.
Kanal