MOUNTAIN VIEW, iNews.id - Kisah unik muncul dari karyawan Google, di mana ia memilih tinggal di truk seluas 128 kaki persegi, bukannya tinggal di sebuah apartemen San Francisco.
Ide untuk tinggal di truk itu mulai diformalisasikan ketika Brandon sedang magang di Google pada musim panas lalu dan tinggal di rumah perusahaan yang termurah, di mana hanya dua kamar tidur dan empat orang dengan harga sekira USD65 per malam atau sekira Rp880 ribu.
"Saya menyadari bahwa saya membayar sejumlah uang yang sangat besar untuk apartemen yang saya tinggali, dan saya hampir tidak pernah pulang," katanya seperti dikutip dari Business Insider, Senin (23/10/2017).
"Sangat sulit untuk membenarkan membuang uang sebanyak itu. Anda pada dasarnya membakar itu, Anda tidak menempatkan ekuitas dalam segala hal dan Anda tidak membangunnya untuk masa depan, dan itu sangat sulit bagi saya untuk berdamai," lanjutnya.
Dia mulai meletakkan dasar untuk tinggal di truk karena ia tahu ia akan kembali bekerja penuh waktu di San Francisco. Tahun ajaran selanjutnya, ia membeli Ford setinggi 16 kaki di 2006 dengan Ford dengan 157.000 mil di atasnya.
Harganya USD10.000 atau setara Rp135 juta, yang dibayarkannya di muka dengan bonus penandatanganannya. Proyeksi titik impasnya adalah 21 Oktober, sesuai dengan live-updating "saving clock" yang ia buat di blog-nya, 'Thoughts from Inside the Box'.
Satu biaya tetapnya menetapnya merupakan asuransi truknya yakni sebesar USD121 sebulan atau sekitar Rp1,6 juta karena ia tidak menggunakan listrik, dan tagihan telefon genggamnya ditangani oleh Google.
"Saya sebenarnya tidak memiliki apapun yang perlu dicolokkan. Truk itu memiliki beberapa lampu overhead built-in, dan saya memiliki lampu bertenaga gerak yang saya gunakan pada malam hari," ceritanya.
"Saya memiliki baterai kecil yang saya isi di tempat kerja setiap beberapa hari, dan saya menggunakannya untuk mengisi headphone dan ponsel saya di malam hari. Laptop kerja saya akan bertahan pada malam hari dengan charge, dan kemudian saya mengenakannya di tempat kerja," lanjutnya.
Ia melanjutkan kisahnya dengan mengatakan bahwa hal utama yang ia punya di truk itu adalah tempat tidur, meja, dan membuat rak matel untuk menutup pakaiannya.
Sementara untuk makanan dan hujan, itu ada di kampus Google. Ia makan sarapan, makan siang, dan makan malam di tempat kerja dan mandi setiap pagi di gym perusahaan pasca latihan.
Beberapa pengeluaran berarti penghematan yang signifikan. "Saya bermaksud menargetkan sekira 90% dari pendapatan setelah pajak saya, dan membuangnya dalam pinjaman mahasiswa dan investasi," katanya.
Dia lulus dengan uang pinjaman sebesar USD22,432 atau setara Rp303 juta dan telah membanyarnya sehingga menjadi USD16.449 atau setara Rp222 juta selama empat bulan.
"Sebagai perkiraan konservatif, saya berharap mereka bisa terbayar dalam enam bulan ke depan, menghemat ribuan dollarb untuk rencana standar 10 tahun atau bahkan 20 tahun," jelasnya.
Selain itu, menabung dengan uang sewa telah memungkinkannya untuk bersantap di restoran bagus dan menikmati San Francisco lebih banyak dibandingkan jika ia memilih tinggal di apartemen.
Gaya hidup truk memberikannya lebih dari sekadar kebebasan finansial. Hal ini juga memaksa Brandon berada di luar zona nyamannya, sebuah pengalaman belajar yang penting mengingat ia berharap dapat melakukan perjalanan keliling dunia.
"Jika saya berencana berkeliling dunia, saya harus merasa kenyamanan dengan situasi kehidupan yang tidak konvensional, dan ini tentu saja merupakan tempat yang baik untuk memulai," tulisnya.
"Plus, tidak akan pernah ada waktu yang lebih baik dalam hidupku untuk mencoba ini. Saya muda, fleksibel, dan saya tidak perlu khawatir dengan keputusan ini yang mempengaruhi orang lain dalam hidup saya," jelasnya.
Dia tidak yakin bagaimana kehidupan permanen di dalam kotak, jadi ia belum menentukan batas waktu di dalamnya.