Sebaliknya, kasus ini mirip dengan Cambridge Analytica. Di mana Facebook memungkinkan pihak ketiga mengekstraksi data pengguna dalam jumlah besar tanpa kontrol bagaimana itu digunakan atau diamankan.
"Data yang terpapar di setiap set ini tidak akan ada tanpa Facebook, tapi dataset ini tidak lagi di bawah kendali Facebook. Dalam setiap kasus, platform Facebook memfasilitasi pengumpulan data tentang individu dan transfernya ke pihak ketiga, yang bertanggung jawab atas keamanannya," tulis para peneliti UpGuard dalam blogpost-nya yang dilaporkan The Guardian, Kamis (4/4/2019).
Sementara itu, Facebook menyatakan mereka sedang menyelidiki insiden tersebut dan belum mengetahui sifat data, bagaimana dikumpulkan, atau kenapa disimpan di server publik. Raksasa jejaring sosial mengatakan akan menginformasikan kepada pengguna saat menemukan bukti data disalahgunakan.
"Kebijakan Facebook melarang penyimpanan informasi Facebook dalam basis data publik. Setelah diberitahu tentang masalah ini, kami bekerja dengan Amazon untuk mencatat basis data. Kami berkomitmen untuk bekerja dengan pengembang di platform kami untuk melindungi data orang," ujar juru bicara dalam sebuah pernyataan.