JAKARTA, iNews.id - X tidak akan membayar kreator tweet yang mempromosikan misinformasi. Pemilik X atau yang dulunya Twitter mengubah program monetisasinya.
Tweet yang diperiksa faktanya melalui catatan komunitas tidak lagi memenuhi syarat untuk pembayaran sebagai bagian dari program bagi hasil X. Pembaruan ini tampaknya merupakan upaya untuk menghilangkan insentif bagi akun-akun terkenal menyebarkan informasi yang salah.
“Idenya untuk memaksimalkan insentif terhadap akurasi dibandingkan sensasionalisme,” kata Musk. X juga baru-baru ini mulai mewajibkan kontributor catatan komunitas untuk mengutip sumber mereka dalam pemeriksaan fakta.
Perubahan terbaru ini terjadi ketika para peneliti, pemeriksa fakta, dan jurnalis meningkatkan kewaspadaan mengenai jumlah misinformasi yang menyebar di X. Pejabat Uni Eropa telah membuka penyelidikan terhadap penanganan misinformasi terkait perang yang dilakukan perusahaan tersebut.
Menyusul pengambilalihan Twitter oleh Musk setahun lalu, perusahaan tersebut memecat tim yang bertanggung jawab menyusun dan mempromosikan tweet terkemuka tentang peristiwa berita terkini dan menghapus alat untuk melaporkan misinformasi di aplikasi.
Sebaliknya, perusahaan tersebut mengandalkan alat pengecekan fakta yang bersumber dari banyak orang. Namun para kritikus mengatakan catatan komunitas dapat dimanipulasi dan pemeriksaan fakta yang dilakukan pengguna seringkali tidak mampu mengimbangi banyaknya kebohongan yang viral, terutama yang dipromosikan oleh akun terverifikasi.
Analisis baru-baru ini dari NewsGuard, sebuah organisasi nirlaba yang melacak penyebaran misinformasi, menemukan 74 persen dari “postingan paling viral di X yang menyebarkan misinformasi tentang Perang Israel-Hamas didorong oleh akun X yang ‘terverifikasi’.”