JAKARTA, iNews.id - Perlombaan luar angkasa bukan lagi kompetisi antara negara adidaya global dunia. Saat ini, orbit rendah Bumi adalah medan pertempuran bagi konglomerat swasta dan miliarder yang memimpin mereka.
Dengan International Space Station (ISS) yang mengalami deorbit pada 2001 setelah 15 tahun pelayanan dan ISS dijadwalkan pensiun pada akhir dekade, stasiun luar angkasa di masa depan kemungkinan besar akan dimiliki dan dioperasikan perusahaan, bukan negara.
“Kami tidak siap untuk apa yang terjadi setelah International Space Station. Membangun stasiun luar angkasa membutuhkan waktu lama, terutama ketika Anda melakukannya dengan cara yang belum pernah dilakukan sebelumnya," kata Jim Bridenstine, administrator NASA saat itu pada sidang subkomite luar angkasa Komite Perdagangan Senat pada Oktober.
NASA ikut serta dengan pemindahan ini, setelah menyusun dan menerbitkan Rencana Pengembangan LEO Komersial (CLD) pada 2019, yang menyerukan ekonomi orbit rendah Bumi yang kuat dari mana NASA dapat membeli layanan sebagai salah satu dari banyak pelanggan, sebagai bagian dari Direktorat Misi Eksplorasi dan Operasi Manusia di Johnson Space Center, sebagaimana dikutip dari Engadget.
Rencana CLD menjabarkan langkah-langkah yang diperlukan badan antariksa tersebut untuk membangun ekosistem stasiun ruang angkasa komersial. Ini dimulai dengan mengizinkan perusahaan swasta membeli sumber daya ISS yaitu menyewakan ruang di stasiun untuk kegiatan komersial, mengizinkan perusahaan menerbangkan astronot pribadi ke ISS yang dilakukan SpaceX April lalu. Selain itu, NASA memulai proses untuk mengembangkan tujuan komersial LEO dan bekerja untuk menstimulasi permintaan demi tujuan dan layanan tersebut.