2. HelioSwarm: The Nature of Turbulence in Space Plasmas
Proposal ini dipimpin oleh Harlan Spence dari University of New Hampshire di Durham. Berbeda dengan STORM, HeliSwarm akan berfokus pada angin matahari yang diamati dari berbagai skala. Untuk melakukan pengukuran skala, proposal ini akan mengandalkan sebuah pesawat luar angaksa bernama Smallsat.
3. Multi-slit Solar Explorer (MUSE)
Dipimpin oleh Bart De Pontieu dari Lockheed Martin di Palo Alto, California. Proposal ini akan berfokus pada peristiwa yang terjadi di atmosfer matahari beserta dengan penyebabnya. Ini termasuk letusan matahari dan peristiwa lainnya. Menggunakan teknik spektroskopi, MUSE menjanjikan pengamatan “irama tinggi dari mekanisme yang menggerakkan serangkaian proses dan peristiwa".
4. Auroral Reconstruction CubeSwarm (ARCS)
Dipimpin oleh Kristina Lynch dari Dartmouth College di Hanover, New Hampshire. Sama seperti STORM, proposal ARCS berfokus pada magnetosfer. Ini menjanjikan “gambaran komprehensif tentang driver dan respons sistem aurora ke dan dari magnetosfer.” Untuk mendapatkan hasil itu, Kristina Lynch dan rekannya akan mengandalkan 32 CubeSat dan 32 observatorium darat.
5. Solaris: Revealing the Mysteries of the Sun’s Poles
Terakhir dari kelima proposal adalah Solaris yang dipimpin oleh Donald Hassler dari Southwest Research Institute di Boulder, Colorado. Berbeda dari yang lainnya, Solaris akan berfokus pada fisika dasar antara matahari dan bintang, salah satunya perihal medan magnet dan evolusi matahari.
Untuk mendapatkan hasil, Donald Hassler dan rekannya akan melakukan pengamatan terhadap “kutub matahari dan mengumpulkan data tentang cahaya, medan magnet, dan pergerakan di permukaan matahari.”