Untuk mengetahui kepadatan permukaan asteroid, para ilmuwan menganalisis data akselerasi pesawat ruang angkasa dan gambar yang diambil selama proses pendaratan, dan kemudian menjalankan ratusan simulasi komputer hingga semua data cocok.
NASA mengatakan data itu dapat membantunya melakukan pengamatan jarak jauh yang lebih akurat tentang asteroid jauh, yang memungkinkannya membuat prediksi yang lebih baik jika ada yang ditemukan menuju ke arah kita.
Para ilmuwan percaya, misalnya, bahwa Bennu, yang mereka katakan “hampir tidak terikat oleh gravitasi atau gaya elektrostatik”, dapat pecah di atmosfer Bumi dan karenanya menghadirkan jenis bahaya yang berbeda dari asteroid padat.
“Saya pikir kita masih dalam tahap awal untuk memahami apa itu badan-badan ini, karena mereka berperilaku sangat berlawanan dengan intuisi,” kata ilmuwan OSIRIS-REx Patrick Michel.
OSIRIS-REx sedang dalam perjalanan kembali ke Bumi dan diperkirakan akan mengirimkan sampel asteroid Bennu pada September 2023. Para ilmuwan percaya Bennu terbentuk dalam 10 juta tahun pertama keberadaan tata surya kita.
Oleh karena itu, sampel dapat mengungkapkan lebih banyak tentang bagaimana hal itu terjadi, dan mungkin membuka beberapa misteri tentang asal usul kehidupan.