Untuk studi baru, para peneliti menggunakan data terbaru dari satelit ICESat-2 NASA yang diluncurkan pada 2018 untuk memantau perubahan ketinggian di darat dan es seluruh dunia. Tim membandingkan tingkan ketinggian 2019 dengan data yang direkam oleh satelit pendulunya, ICESat antara 2003 hingga 2009.
Di ribuan lokasi di mana dua set data saling tumpang tindih, tim dapat melihat dengan tepat berapa banyak es yang hilang dari Greenland dan Antariksa antara 2003 hingga 2019.
Tepian es raksasa yang mengapung di atas lautan di Greenland dan Antariksa, kehilangan massa paling banyak di kedua wilayah. Sementara rak es sudah terendam sebagian dalam air dan karena itu tidak secara aktif menaikkan permukaan laut saat mereka mencair.
“Rak-rak es menahan lapisan esn. Jika kamu mengambil rak, atau bahkan jika kamu mengencerkannya, kamu mengurangi kekuatan penopang itu, sehingga es dapat mengalir lebih cepat,” kata ahli glasiologi di Scripps Institution of Oceanography di University of California sekaligus rekan penulis studi Helen Amanda Fricker yang dikutip dari Live Science, Jumat (8/5/2020).
Penelitian baru menunjukkan saat rak-rak es yang mengelilingi Antartika dan Greenland telah menipis dan meleleh selama dua dekade terakhir, es yang membeku di daratan semakin menipis dan meleleh.