JAKARTA, iNews.id - Sejarah bubuk mesiu bermula dari sebuah eksperimen mencari obat keabadian yang dilakukan para alkemis kuno di Tiongkok.
Melansir dari laman thoughtco, para alkemis kuno di Tiongkok telah menghabiskan berabad-abad mencoba menemukan ramuan kehidupan yang dapat memberikan keabadian pada penggunanya.
Salah satu bahan penting yang sering digunakan dalam ramuan-ramuan tersebut adalah sendawa (kalium nitrat), juga dikenal sebagai potasium nitrat. Para alkemis tersebut melakukan percobaan dengan belerang dan saltpeter (kalium nitrat) dengan memanaskannya untuk mengamati reaksi yang terjadi.
Eksperimen-eksperimen ini terus dilakukan oleh para alkemis dan dicatat oleh Wei Boyang dalam karyanya yang berjudul "Book of the Kinship of the Three". Wei Boyang sendiri adalah seorang alkemis dan penulis terkenal dari Dinasti Han di Tiongkok.
Percobaan berikutnya dilakukan dengan menambahkan arang ke dalam campuran belerang dan saltpeter, yang pada awalnya digunakan sebagai obat untuk penyakit kulit dan pengasap ruangan.
Pada abad ke-8, ketika Dinasti Tang memerintah, gabungan dari tiga zat tersebut menghasilkan formula bahan peledak yang dikenal sebagai "huoyao" atau bubuk mesiu.
Pada masa Dinasti Tang sekitar tahun 850 M, seorang alkemis yang namanya telah hilang dari catatan sejarah melakukan percobaan yang giat. Ia mencampurkan 75 bagian sendawa dengan 15 bagian arang dan 10 bagian belerang.
Meskipun campuran ini tidak menunjukkan sifat memperpanjang hidup seperti yang diharapkan, namun ia malah meledak dengan cahaya kilatan dan ledakan ketika terkena nyala api terbuka.
Dalam naskah yang berasal dari masa tersebut, disebutkan bahwa "asap dan api terlihat, menyebabkan para alkemis mengalami luka bakar pada tangan dan wajah, bahkan seluruh rumah tempat mereka bekerja ikut terbakar."
Selama bertahun-tahun, banyak buku sejarah barat yang menyatakan bahwa orang Tiongkok hanya menggunakan penemuan bubuk mesiu untuk membuat kembang api, namun hal tersebut tidaklah benar.
Sebenarnya, pasukan militer Dinasti Song telah menggunakan perangkat mesiu sejak tahun 904 M untuk melawan musuh utama mereka, yaitu bangsa Mongol. Salah satu senjata yang digunakan adalah "api terbang" (fei huo), yang merupakan jenis panah yang memiliki tabung bubuk mesiu yang terpasang di porosnya dan menyala.
Panah api terbang merupakan roket miniatur yang mampu mendorong diri mereka sendiri menuju barisan musuh dan menimbulkan rasa ketakutan di antara prajurit dan kuda. Bagi para prajurit yang pertama kali menghadapi kekuatan bubuk mesiu ini, hal tersebut pasti terlihat seperti sihir yang menakutkan.
Di samping itu, penggunaan bubuk mesiu dalam keadaan militer selama Dinasti Song juga mencakup penggunaan granat tangan sederhana, penyembur api, ranjau darat, dan selongsong gas beracun.
Pada paruh kedua hingga akhir abad ke-11, pemerintah Tiongkok pada masa Dinasti Song mengkhawatirkan kemungkinan penyebaran teknologi bubuk mesiu ke negara-negara lain. Pada tahun 1076, penjualan sendawa kepada orang asing dilarang.
Meskipun demikian, pengetahuan tentang zat ajaib ini berhasil tersebar melalui Jalur Sutra ke India, Timur Tengah, dan Eropa. Pada tahun 1267, seorang penulis Eropa merujuk pada bubuk mesiu, dan pada tahun 1280, resep pertama untuk campuran bahan peledak diterbitkan di wilayah barat. Rahasia Tiongkok terungkap.
Selama berabad-abad, penemuan-penemuan dari Tiongkok telah memiliki pengaruh yang signifikan terhadap budaya manusia. Benda-benda seperti sutra kompas magnetik, dan kertas telah tersebar ke berbagai belahan dunia.
Namun, tidak ada penemuan Tiongkok yang memiliki dampak sebesar bubuk mesiu, baik dalam segi kebaikan maupun keburukan.
Pada tahun 1350, meriam menggunakan bubuk mesiu yang masih dalam tahap pengembangan menjadi senjata utama dalam militer Inggris dan Perancis, yang menggunakannya dalam pertempuran selama Perang Seratus Tahun.
Kemudian, Kesultanan Utsmaniyah juga menggunakan meriam bubuk mesiu selama pengepungan yang berhasil terhadap Konstantinopel pada tahun 1453. Senjata baru yang kuat ini membuat benteng tembok tradisional Eropa, yang sebelumnya dianggap tak tertembus selama berabad-abad, menjadi rentan.
Selanjutnya, bubuk mesiu digunakan untuk menghasilkan bahan peledak dalam pembuatan pistol, yang pada dasarnya merupakan versi miniatur dari meriam yang dapat dibawa secara portabel.