Subjek sehat diletakkan pada perendaman kering selama 3 pekan. Para peneliti selanjutnya menganalisis darah pada subjek tersebut di interval yang berbeda-beda.
Tim melakukan penghitungan mulai dari sebelum percobaan, tujuh, 14, dan 21 hari setelah percobaan dimulai. Terakhir, seminggu setelah percobaan selesai. Hasilnya, mereka menemukan sel T telah berubah sehubungan dengan perendaman kering yang pada dasarnya berubah dalam istilah ekspresi gen secara signifikan setelah 7 dan 14 hari tanpa bobot.
Perubahan paling ekstrem terjadi setelah 14 hari. Gen sel T tampak mengadopsi keadaan yang belum matang selama proses tersebut. Artinya, mereka berperilaku seolah-olah tidak menemukan virus. Itu adalah sesuatu yang dapat berdampak negatif terhadap kesehatan astronot.
"Sel T mulai menyerupai sel T naif, yang belum pernah ditemukan penyusup. Ini berarti sel tersebut membutuhkan waktu lebih lama untuk diaktifkan sehingga menjadi kurang efektif dalam melawan sel tumor dan infeksi,” ujar ilmuwan lain.
Kendati demikian, setelah 21 hari terpapar gayaberat mikro, sel T tampaknya telah beradaptasi dengan keadaan tanpa bobot, dan ekspresi gen sel kembali ke hampir normal.
Namun, 7 hari setelah percobaan berakhir, tim menemukan beberapa perubahan asli dalam ekspresi gen akibat keadaan tanpa bobot benar-benar muncul kembali.
Tim ilmuwan sekarang akan mencoba menggunakan platform roket yang terletak di Esrange Space Center di Swedia untuk meneliti lebih lanjut sel T dan dampak keadaan tanpa bobot terhadap fungsinya.