Dengan potensi Golo Mori sebagai destinasi wisata kelas dunia, diperlukan langkah-langkah kolaboratif guna memastikan pengembangannya sejalan dengan cita-cita pariwisata Indonesia yang berkualitas dan berkelanjutan. Termasuk salah satunya adalah terbangunnya sistem pengelolaan sampah yang efektif.
"Kami selalu menyambut baik kolaborasi seperti ini apalagi dari GoTO Foundation, sudah pasti berkelanjutan, programnya sudah dipikirkan matang-matang, timnya sudah tiga bulan di sini pasti sudah disesuaikan dengan kondisi di sini,” kata Wamenparekraf Angela.
Selain pengelolaan sampah, Angela mengatakan perlunya pemanfaatan dan pengembangan potensi sektor pertanian. Oleh karena itu, guna menjadikan Golo Mori sebagai desa berdaya dengan pengembangan wisata yang berkelanjutan, juga diperlukan berbagai upaya yang diantaranya meliputi pertanian regeneratif.
Dia berharap dengan konsep pertanian regeneratif ini bisa berdampak baik pada ketahanan pangan dan berdampak pada peningkatan hasil pertanian di Golo Mori. Sehingga turut memperkuat rantai pasok sektor pariwisata.
“Dari hasil pertanian yang semakin meningkat dan konsisten bisa menjadi pemasok untuk pariwisata di Golo Mori bahkan sampai ke Labuan Bajo, jadi bapak ibu untuk berperan di sektor pariwisata tidak serta merta bapak ibu menjadi pelayan hotel, tapi bisa saja sebagai pendukung dari rantai nilai pariwisata,” kata Wamenparekraf Angela.