Sementara itu, CEO RS Premier Bintaro (RSPB), dr Martha M.L. Siahaan mengatakan, marketing dan branding merupakan investasi jangka panjang secara teratur dan kreatif, seperti yang telah dilakukan oleh beberapa perusahaan, yaitu menciptakan image positif secara kreatif dari slogan, logo, bahkan nada suara agar produk atau jasa dari perusahaan dapat melekat di pikiran konsumen.
"Tidak dapat dipungkiri, promosi rumah sakit di Indonesia tertinggal dibandingkan negara lain di mana informasi layanan kesehatannya dapat ditemukan dengan mudah di dunia maya dan dibaca oleh masyarakat Indonesia. Digital marketing layanan kesehatan di Indonesia nyaris tidak terdengar tertutup oleh digital marketing luar negeri," kata dr Martha.
Kini pemerintah, lanjut dr Martha, sedang mengimbau masyarakat untuk tidak berobat ke luar negri dan RSPB menjadi salah satu rumah sakit yang mendapatkan Surat Keputusan (SK) dari Kementerian Kesehatan sebagai rumah sakit penyelenggara health tourism sehingga peran digital marketing menjadi sangat penting.
"Pada saat pandemi Covid-19 datang, banyak hal yang terjadi seperti tenaga kesehatan menjadi korban, volume pasien menurun drastis, kegiatan marketing terhenti karena banyaknya perusahaan lock down. Kami melakukan berbagai terobosan seperti maintain brand awareness, good revenue dan customer relation dengan cara bermetamorfosa pada media sosial," kata dia.
dr Martha menambahkan, digital marketing juga perlu dimaksimalkan, salah satunya dengan membuat konten di media sosial yang menampilkan topik terkini. Dari sekian lama perjalanan tersebut, RSPB melakukan berbagai inovasi dengan membuat berbagai program-program baru, agar video edukasi tidak terlihat membosankan dan masyarakat tertarik untuk menyimak dengan mendapatkan informasi dan juga terhibur.
Perlu diketahui, sejak berdiri dari 1998 hingga kini, RSPB telah mengembangkan dan memiliki enam layanan unggulan atau center of excellence yaitu orthopedi, spine center, sport clinic, vascular center, skin & laser clinic serta stroke center.