Berada di Kalimantan, Anda masih dapat menemukan Pesut Mahakam yang merupakan spesies mamalia yang hidup di air tawar. Ikan ini adalah salah satu jenis ikan yang dilindungi, karena saat ini keberadaannya hanya sekitar 80 ekor di Sungai Mahakam. Sedangkan, untuk yang melewati Sungai Pela hanya sekitar 20 ekor saja.
Desa Pela, dihuni oleh orang-orang suku Banjar yang datang ke kawasan tersebut dan memutuskan untuk mencari pekerjaan dan lari dari peperangan. Hal ini juga diistilahkan dengan kata "Pelarian" oleh suku Banjar. Sedangkan sejarah suku bugis datang ke Desa Pela yaitu untuk mencari ikan dan menjadi nelayan. Desa Pela Pada saat itu mengalami kemarau panjang dan cuacanya sangat panas, maka orang bugin menyebut dengan Mapelau (Panas).
Semakain Tahun Penduduk semakin Bertambah hingga tiba di mana Kepala Suku Banjar dan Bugis Ingin menamai kampung. Maka diadakanlah musyawarah. Kedua suku ini memiliki ide berbeda untuk penamaan desanya. Di mana suku Banjar ingin menamai kampung dengan nama PELArian Sedangkan suku bugis ingin Menamai kampung dengan nama mapelai. Kepala suku mengusulkan manamai suku ini sebagai Pela, dan kemudian semuanya sepakat untuk menamai desa ini sebagai Desa Pela.
Ada banyak aktivitas yang bisa dilakukan, salah satunya adalah menjurai. Wisatawan yang datang bisa melihat langsung atau mencoba membuat jala menggunakan benang jala, yang disebut dengan menjurai. Di mana alat-alatnya juga cukup tradisional. Selain itu, Anda bisa melakukan susur sungai dan danau. Wisatawan akan diajak menjelajahi Sungai Pela menggunakan perahu wisata dan melihat keunikan rumah apung masyarakat sekitar sungai. Jika beruntung, wisatawan dapat melihat mamalia langka, pesut Mahakam.
Kemudian, Anda wajib untuk kulineran. Belum lengkap jalan-jalan tanpa mencoba kuliner lokal dari desa setempat. Salah satunya adalah iwak karing (ikan asin) yang berasal dari Sungai Pela, dan kerupuk ikan, iwak bapais, dan lainnya.