Air terjun Moramo berasal dari Sungai Biskori dan sumbernya dari Pegunungan Tambolosu. Ketinggian air terjun satu ini yaitu sekitar 100 meter di atas permukaan laut (mdpl). Air terjun ini adalah jenis air terjun berundak dan ada lebih dari 7 undakan besar, serta 60 undakan kecil dan beberapa kolam yang bisa dijadikan tempat untuk berendam atau pemandian. Menariknya, air terjun mengalir deras pada bebatuan granit yang terbentuk selama ribuan tahun lalu.
Menurut penduduk setempat, dikutip dari laman jadesta.kemenparekraf.go.id, konon air terjun berundak bisa menjadi tempat mandinya para bidadari. Terlepas dari hal tersebut, Air Terjun Moramo cukup unik karena memiliki puluhan undakan. Ada juga puluhan kolam alami dan batuan-batuan besar. Beberapa hewan khas Sulawesi Tenggara ada di area ini, antara lain anoa dan babi rusa.
Air terjun di sini dimanfaatkan oleh warga Desa Moramo Sumbersari sebagai irigasi sawah dan juga kehidupan sehari-hari, sehingga cukup memenuhi kebutuhan yang berasal dari alam. Kemudian, bentuk air terjun ini memberi satu pemandangan langka yang luar biasa dan juga jarang didapatkan di air terjun lain. Di mana tingkatan dari air terjunnya akan memberi nuansa yang berbeda. Terdapat suara gemericik yang menenangkan, serta harmoni alam yang begitu menentramkan jiwa. Tak hanya itu saja dikarenakan ada di hutan suaka alam, ada banyak satwa yang juga masih sangat alami.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno terpukau dengan keindahan Air Terjun Moramo di Desa Wisata Sumber Sari. Menurutnya Desa Sumber Sari berhasil mengembangkan wisata berbasis konservasi alam dan masuk dalam 50 besar desa wisata terbaik Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2022. "Saya melihat Wisata Air Terjun Moramo Sumber Sari merupakan paket yang sangat lengkap karena ada aspek konservasi. Bahkan, ada satwa monyet dan anoa dalam konservasinya," kata Sandiaga dalam keterangan resminya.
Sandiaga juga menyebut, Desa Wisata Sumber Sari memiliki pengolahan sumber energi baru terbarukan. Menurutnya, hal ini bisa menjadi jawaban masyarakat Sulawesi Tenggara untuk mengantisipasi krisis energi.