"Melalui lukisan, kita dapat menyelami daya pikiran mereka. Untuk membuat karya lukis ini mereka hanya butuh waktu 15 hingga 40 menit. Imajinasi anak autis lebih tinggi dari anak regional. Sudut pandang yang diciptakan juga berbeda," kata Harry, di Jakarta, 1 Agustus 2019.
Menurut Harry, jika diselami lebih jauh, ada banyak yang dapat dieksplor oleh anak autis. Selain lukisan, mereka juga memiliki seni tinggi terhadap musik dan seni patung. "Terlihat dari semua lukisannya terlihat ceria dan menggambarkan kebahagian. Mereka merasa nyaman," ujarnya.
Penggalangan dana dalam acara A Group Charity Art Exhibition “Heart for Autism” ini dilakukan secara berkesinambungan, karena tersentuh membantu anak-anak autis dan anak berkebutuhan khusus yang kurang beruntung.
“Mendidik, merawat, memiliki anak berkebutuhan khusus tidaklah mudah. Anak berkebutuhan khusus membutuhkan edukasi dan perhatian khusus dari orangtua, orang-orang sekitar, masyarakat, dan juga Pemerintah. Banyak anak penyandang Autism Spectrum Disorder (ASD) di Indonesia yang tidak mendapatkan terapi yang dibutuhkan, karena mahalnya proses terapi dan fasilitas yang kurang memadai," ujar Prita Kemal Gani, Founder & Director of LSPR sekaligus Inisiator LSCAA.
Sementara itu, Head London School Center for Autism Awarness LSPR, Christina mengungkapkan, dengan diadakan pameran lukisan yang dibuat oleh penyandang autis kian memperkuat keberadaan mereka dalam bentuk membangun lingkungan sosial.