Program Aksilarasi akan dilaksanakan selama lima tahun dengan tahapan per tahun yang telah direncanakan dengan proses pendampingan terhadap komunitas/kelompok/masyarakat.
Sementara itu, Direktur Utama Badan Otorita Pariwisata Labuan Bajo-Flores, Shana Fatina, menyambut baik dengan adanya program Aksilarasi Labuan Bajo. Sebab, hal tersebut dapat menanamkan kekhasan di Labuan Bajo melalui 4 subsektor industri kreatif.
“Kami mengemas apa yang ada di sini untuk dipromosikan kepada wisatawan dan menjadi produk wisata yang solid sehingga orang ke Labuan Bajo langsung memiliki kenangan tersendiri. Jadi membangun kenangan ketika mereka ke Labuan Bajo. Lalu berikutnya ekonomi kreatif ini adalah salah satu cara mengakselerasi partisipasi masyarakat untuk objek wisata, karena kita tidak bisa mengandalkan keindahan alam saja, karena di tempat lain juga ada, tetapi interaksi dengan masyarakat itu akan terus lekat,” ujar Shana.
Lebih lanjut, Shana menyebut kolaborasi itu penting bagi komunitas kreatif khususnya di Labuan Bajo yang telah ditetapkan oleh pemerintah sebagai destinasi wisata super prioritas.
“Keberagaman dan kebudayaan itu adalah esensi dari wisata premium. Kami akan mengemas produk para pelaku industri kreatif hingga lima tahun ke depan, kami akan mendampingi sehingga menghasilkan produk kreatif baru, yang nantinya akan menjadi ikon identitas dari Labuan Bajo, Flores,” ujarnya.
Deputi Bidang Ekonomi Digital dan Produk Kreatif, Muhammad Neil El Himam, mengatakan program Aksilarasi Labuan Bajo T.A 2020 akan memasuki tahapan puncak di 2020, yakni uji publik yang akan dilaksanakan pada 19 November 2020.
“Uji publik ini adalah puncak dari kegiatan dari pendampingan di tahun produksi, akan dilaksanakan oleh pihak yang terlibat selama pendampingan dan dilakukan sesuai dengan protokol kesehatan Covid-19. Uji publik ini akan direkam dan ditayangkan secara daring,” ujar Neil.