Berpakaian gelap serta tidak memakai wewangian merupakan syarat berikutnya. Setelah itu, kesabaran pun dibutuhkan. Para wisatawan harus menunggu beberapa saat sampai si cantik Cendrawasih tersebut muncul. Kadang mereka hanya melintas, kadang hinggap cukup lama di dahan pohon sehingga bisa diabadikan melalui lensa kamera. Tidak perlu takut merasa bosan karena harus menunggu dalam diam, suara merdu Burung Cendrawasih dan burung lainnya yang terdengar bersautan dari kejauhan juga cukup menghibur.
Tidak disangka suaranya begitu beragam, suara yang terdengar mulai dari suara khas burung hingga suara mirip monyet. Semuanya menjadi suara nyanyian alam yang merdu dan sayang jika dilewatkan.
Pengamatan ini menjadi menarik karena kesempatan untuk melihat Burung Cendrawasih tidak selalu ada. Jika beruntung, wisatawan bisa melihat belasan ekor Cendrawasih yang sedang bermain – main. Namun bila belum beruntung, hanya ada beberapa ekor yang melintas.
Tank Peninggalan Perang Dunia II
Berbelok sedikit, wisatawan bisa menikmati wisata sejarah. Wisatawan dapat diantar warga lokal melalui jalan satu-satunya untuk mencapai lokasi Tank Peninggalan PD II di Distrik Bikar. Namun, jalan yang ditempuh kali ini cukup rata sehingga perjalanan tersebut tidak terasa lama.
Di antara hutan rimbun tersebutlah ditemukan beberapa tank yang teronggok berbalut rerumputan akar dan tumbuhan liar. Tank yang ditemukan tersebut diperkirakan berjenis amfibi dan artileri. Meski tampilannya sudah banyak karat, namun masih utuh. Roda dan rantai yang melekat pada tank pun tak terlepas dari tempatnya. Beberapa bagian sengaja dirusak agar tank tidak bisa digunakan lagi.