Dalam menelusuri candi, dia juga merasakan suasana yang terasa menegangkan. Terlihat di sini galian bekas ekskavasi yang berpetak-petak. Penemuan situs ini juga dalam keadaan hancur.
"Apakah dulunya hancur akibat bencana besar, gunung meletus atau banjir bandang? Belum diketahui," kata dia.
Untuk mengetahui sejarah candi ini, dia juga menanyakan kepada juru kunci di sini, yang biasa disapa Mbah Jinggo.
Menurut Mbah Jinggo, di antara reruntuhan candi ini ditemukan archa kepala naga yang diduga sebagai penjaga candi.
"Penemuan kepala naga ini ada di tengah candi lokasinya. Penggalian situs ini dilakukan secara bertahap tiga kali," kata Mbah Jinggo.
Pusat Penelitian Arkeologi Nasional melakukan penelitian tahun 1977 dan berhasil menemukan lokasi struktur dari Candi Minak Jinggo. Temuan tersebut kemudian dieksekusi pada tahun 1988 dengan ekskavasi dan menampakkan sebagian bangunannya.
Usaha ekskavasi kemudian dilanjutkan oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya Trowulan (Sekarang BPCB Provinsi Jawa Timur) pada tahun 2007 dan menemukan fragmen terakota, mata uang kepeng, fragmen keramik dari Dinasti Yuan (1279 – 1368), fragmen miniatur rumah, genteng, fragmen relief serta arca katak yang terbuat dari batu putih.
Candi yang dibuat pada era Majapahit tersebut dibuatkan atap pelindung oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Timur dan sebagian arca serta komponen candi dipindah ke PIM pada 2007, 2008 dan 2010.
"Pertama tahun 1977 setelah menemukan 3 archa dan struktur. Kemudian, selama bertahun-tahun candi ini masih belum ada titik terang. Setelah 2007, banyak temuan relief di tubuh candi, termasuk arca," kata Mbah Jinggo.
Dalam beberapa penemuan itu, juga banyak terungkap relief, pusaka dan kepala-kepala archa yang terpendam di dalam candi.
"Salah satunya archa kepala naga. Ada gigi, taring, dan rahang bawah. Rahang atas sampai sekarang belum ditemukan. Biasanya, archa kepala naga ini ditempatkan di sebelah kiri - kanan pintu masuk ke dalam candi atau tempat suci," kata dia.
Hal ini, lanjutnya, kepala naga biasanya untuk menjaga candi atau tempat suci dari tolak bala. "Sebab, di sini tempat manusia dalam proses pendekatan diri kepada Tuhan YME, biar nanti tidak diganggu oleh roh jahat. Kita khusyuk dan konsentrasi pikirannya ke Tuhan YME," ujar Mbah Jinggo.
Bagaimana, penasaran ingin melihat arca kepala naga yang membatu ini?