Awal berdirinya IDF karena keprihatinan dosen-dosen yang merupakan seniman tari di Institut Kesenian Jakarta. Mereka prihatin karena sepinya kegiatan seni tari bertaraf internasional di Indonesia. Bermula dari itu, seniman tari ini mendirikan Indonesian Dance Festival pada 1992.
Para dosen Fakultas Seni Pertunjukan tersebut adalah Sal Murgiyanto, Nungki Kusumastuti, Maria Darmaningsih, Melina Surjadewi, Dedy Luthan, Tom Ibnur, serta didukung oleh Farida Oetojo, Sardono W. Kusumo dan lainnya untuk menggarap festival tari kontemporer, yang eksistensinya tetap terjaga hingga saat ini.
Selama lebih dari dua dekade, Indonesian Dance Festival berkibar di dunia tari internasional. IDF merupakan acara biennale yang mendorong munculnya koreografer terkemuka. Dalam setiap pementasannya, IDF menampilkan festival bergengsi bertaraf internasional.
IDF tidak hanya menampilkan karya-karya koreografer terkenal di dunia internasional, namun juga berupaya menemukan bakat-bakat para koreografer muda Indonesia untuk ditampilkan di IDF.
Program-program utama festival ini meliputi pementasan tari yang terdiri dari showcase (Kampana) dan main performance, workshop (akademi IDF), presentasi, seminar, penerbitan dan publikasi seni tari, kompetisi, master class, commission works, dan berbagai program stimulasi karya-karya baru, serta berbagai presentasi karya-karya inovatif dari para seniman muda potensial.
Hingga 2016, IDF telah berhasil menampilkan tak kurang dari 250 karya-karya koreografer terkemuka Indonesia dan karya-karya penting dari berbagai negara Asia, Eropa, Afrika, Australia, dan Amerika. IDF juga didukung oleh para kurator tari internasional terkemuka, yaitu Tang Fukuen (Singapura), Daisuke Muto (Jepang) dan Arco Renz (Jerman).
Untuk memulai perhelatan internasional ini, Pre-IDF akan menampilkan para koreografer dan penari muda dari dalam maupun luar negeri.