Menurut di, keunggulan dari jurnalisme warga seperti itu adalah informasi mudah diakses dan terbilang cepat sekaligus murah. Ada ruang berpendapat atau menyampaikan informasi baru, sekaligus memberikan sudut pandang baru atas peristiwa. Selain itu, jurnalisme model ini turut berperan memberikan kontrol sosial dan membantu meningkatkan budaya literasi warga.
Namun, lanjut Candra, jurnalisme warga bukannya tidak memiliki kelemahan. Mereka juga kerap mengabaikan profesionalitas, seperti sering menjadi medium kabar bohong, kualitas yang rendah, minim verifikasi, dan kadang tidak merepresentasikan keinginan atau kebutuhan publik. Padahal, kebebasan menyampaikan pendapat atau informasi tetap wajib disertai tanggung jawab.
Sementara itu, menurut Co-Founder dan CEO Bicara Project Rana Rayendra, di tengah banjirnya arus informasi saat ini, sikap skeptis dibutuhkan. Sikap ini adalah sikap tidak mudah percaya terhadap informasi dan melakukan verifikasi ketat tentang kebenaran informasi tersebut. Selain itu, informasi yang disampaikan sebaiknya adalah informasi yang dibutuhkan masyarakat dan bukanlah hoaks.
"Lalu ingat, jurnalisme itu, baik yang profesional maupun jurnalisme warga, tetap harus berpegang teguh pada kode etik, yaitu jujur, sesuai dengan fakta, transparan, dan tidak memanipulasi,” kata Rana.
Dengan hadirnya program Gerakan Nasional Literasi Digital oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika diharapkan dapat mendorong masyarakat menggunakan internet secara cerdas, positif, kreatif, dan produktif.