Dalam rapat tersebut, Sandiaga juga mengevaluasi hasil kunjungan kerjanya ke kawasan Mandalika, Nusa Tenggara Barat, pada 15-16 Januari 2021. Seperti merangkul komunitas Sapana (Sahabat Pariwisata Nusantara) untuk mengembangkan potensi wisata di Desa Sukarara. Selain itu, Sandiaga menuturkan masih banyak penenun kain yang belum bisa memasarkan produknya lewat platform digital.
“Alangkah baiknya program-program kita ke depan selain bantuan sosial kita juga harus memberikan solusi yang riil. Karena biasanya masalahnya cuma tiga, yaitu pemasaran, sumber daya manusia, atau permodalan,” ujar Sandiaga.
Kemudian, terkait promosi lima destinasi super prioritas, Sandiaga menilai perlu ada inovasi dengan pemanfaatan platform digital dengan mengajak diaspora asal kelima kawasan tersebut. “Misalnya diaspora NTB itu kan banyak di luar, dengan big data kita bisa memetakan di mana mereka berada dan bisa kita jadikan agen produk wisata dan ekonomi kreatif,” ujarnya.
Selain itu, Sandiaga juga meminta agar Kemenparekraf/Baparekraf ikut berperan aktif dalam memfasilitasi permodalan bagi pelaku pariwisata dan ekonomi kreatif. Yaitu dengan menjembatani dan mempertemukan para pelaku pariwisata dan ekonomi kreatif dengan pemilik modal.
Sandiaga juga menginstruksikan agar penerima dana hibah pariwisata semakin diperluas cakupannya. “Sekarang ini kita harus memperluas cakupan penerima dana hibah pariwisata, dan juga sertifikasi CHSE (Cleanliness, Health, Safety, and Environmental Sustainability) harus terus kita laksanakan. Kalau bisa lebih banyak jumlah penerima sertifikat CHSE di 2021 lebih banyak dari 2020,” tutur Sandiaga.