I Gede Ardika, kata Sandiaga, juga menetapkan dasar yang kuat dalam pembangunan kepariwisataan nasional yang lekat dengan khazanah budaya dan kekayaan alam. Pria kelahiran Singaraja, Bali 15 Februari 1945 itu memiliki pandangan yang luas tentang kepariwisataan berkelanjutan dalam praktik pembangunan nasional untuk menjadikan Indonesia sebagai destinasi pariwisata berkualitas.
Hal tersebut dia tuangkan dalam buku berjudul “Pariwisata Berkelanjutan, Rintis Jalan Lewat Komunitas” yang diluncurkan pada tahun 2008.
"Dalam buku yang menjadi pegangan kita semua ini, beliau menyampaikan gagasannya tentang dunia pariwisata ke depan. Beliau mengupas bagaimana pembangunan pariwisata di Indonesia yang semestinya bertumpu pada konsep prinsip-prinsip serta cita-cita sebagai bagian dari pembangunan nasional," kata Sandiaga.
Selain itu, almarhum I Gede Ardika juga berjasa besar dalam mengharumkan nama pariwisata dan kebudayaan Indonesia di kancah Internasional. Hal ini terbukti dengan diakuinya Keris sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization) pada 25 November 2005 silam.
"Almarhum Bapak I Gede Ardika juga ikut andil dalam menetapkan Tourism Occupational Skill Standard (TOSS) di tingkat APEC (Asia-Pacific Economic Cooperation) pada tahun 2000. Selain itu, SKKNI Pariwisata juga ditetapkan sebagai common competency standard di tingkat ASEAN pada tahun 2012," tutur Sandiaga.
Hingga akhir hayatnya, I Gede Ardika masih tercatat sebagai anggota World Committee on Tourism Ethics yang mewakili kawasan Asia Pasifik di UNWTO sejak tahun 2007 hingga saat ini. Sehingga, Sandiaga mewakili seluruh jajaran pejabat di Kemenparekraf/Baparekraf mengungkapkan rasa terima kasih setinggi-tingginya kepada Mendiang I Gede Ardika.
"Di akhir masa hidup almarhum, sungguh amat lengkap capaian yang patut kita teladani bersama. Karya yang nyata, prestasi yang unggul, puncak karier dan intelektualitas juga kedalaman spiritualitas yang menginspirasi," ucap Sandiaga.