Terlebih, Sandiaga mengingatkan, posisi pariwisata Indonesia sudah masuk dalam 20 besar terbaik di dunia. Karena itu, dia berharap agar rencana kenaikan tarif pungutan wisman tersebut tidak berdampak negatif terhadap kualitas kunjungan dan pergerakan wisman di Tanah Air.
“Tapi saya perlu ingatkan, kita sekarang posisi pariwisatanya sekarang menembus 20 besar dunia, dianggap sebagai pariwisata yang berkualitas dan berkelanjutan,” tuturnya.
“Jangan sampai nanti peningkatan kepariwisataan kita ini juga berdampak negatif terhadap kualitas kita, wisatawan kita, kunjungan wisatawan dan pergerakan wisatawan serta image dan narasi yang dimiliki oleh Bali dan Indonesia,” katanya.
Sandiaga justru berharap agar tarif 10 dolar AS yang diterapkan untuk wisman di Indonesia bisa meyakinkan mereka untuk mendapatkan pengalaman berwisata yang aman dan nyaman. Karena itu, pemerintah seharusnya dinilai fokus terhadap peningkatan kualitas pariwisata di Indonesia, dibanding dengan harus ‘mengotak-atik’ kebijakan yang menurutnya masih terlalu dini.
“Kita harus mampu meyakinkan wisatawan dengan membayar 10 dolar AS itu berwisata di Bali dan juga secara keseluruhan di Indonesia itu memberikan pengalaman yang aman, nyaman, menyenangkan, bersih, terus pariwisata berbasis budayanya dijaga,” kata Sandiaga.
“Dan itu tugas pertama kita sebelum kita mengutak-atik kebijakan yang belum berumur 6 bulan, masih sangat baru. Kalau kita ubah-ubah terus kebijakan kita, nanti tingkat kredibilitas Indonesia di mata stakeholders dan dunia akan dipertanyakan,” katanya.