Sejarah
Kehadiran Tugu Pepadun juga dijadikan sebagai identitas suku bangsa untuk membedakan dengan masyarakat Lampung lain yaitu Saibatin.
Dalam bahasa Lampung, Pepadun memiliki arti berunding yang diperkirakan pertama kali didirikan oleh masyarakat Abung sekitar abad ke-17 di zaman seba Banten.
Pada abad ke-18 adat pepadun berkembang pula di Daerah Way Kanan, Tulang Bawang dan Way Seputih (Pubian). Kemudian pada permulaan abad ke-19 disempurnakan dengan masyarakat kebuayan inti dan kebuayan tambahan sehingga melahirkan Mego Pak Tulang Bawang (Marga Empat Tulang Bawang), Abung Siwo Mego, dan Pubian Telu Suku.
Dinobatkan sebagai cagar budaya
Dikarenakan sejarahnya yang cukup panjang, Tugu Pepadun terpilih sebagai satu dari 36 situs yang mendapatkan surat keputusan (SK) sebagai cagar budaya dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdik) Kabupaten Lampung Tengah pada 2017 lalu.
Daya tarik
Lokasi Tugu Pepadun yang berada di tengah-tengah jalan ini memang cukup sulit untuk dihampiri, sebab banyak kendaraan yang lalu lalang. Namun di area sekitar tugu terdapat taman kota yang biasa dijadikan masyarakat dan wisatawan untuk bersantai.
Tak hanya itu, banyak juga dari para wisatawan yang berfoto dengan background Tugu Pepadun. Saat sore hari terutama hari libur, area itu dipadati oleh masyarakat sekitar dan wisatawan untuk menikmati suasana jalan sambil memandang Tugu Pepadun.