"Sejak kapan batita, balita, dan anak kecil yg bahkan umurnya di bawah 10thn dibolehin naik gunung? Sesat bgt pake rekomendasiin segala. Saran gw mending ganti uname aje jadi "pendaki kolot" Kalo lu pendaki lawas, gaakan punya pemikiran kolot begini," tulis @r_alawy08.
"Bukan contoh yang baik sebenarnya, apakah ortunya belum pernah atau tdk tau hipotermia, bagi yang pernah mengalami/merasakan cuaca ekstrem di gunung pasti tau," ujar @umpu_kakah.
Ya, salah satu risiko saat naik gunung adalah hipotermia. Hal ini pun diungkap oleh dokter spesialis anak, dr Kurniawan Satria Denta.
Dokter Denta mengatakan, anak balita yang diajak mendaki gunung bisa mengalami risiko yang sama dengan orang dewasa. “Pada dasarnya, risiko yang mungkin terjadi sama seperti orang dewasa, misalnya cedera, kelelahan, dan sebagainya,” kata dr Denta saat dihubungi Jumat (1/9/2023).
Selain itu, risiko lain yang lebih tinggi didapat saat balita diajak mendaki gunung ialah hipotermia. Hal ini disebabkan cuaca di gunung yang ekstrem.
dr Denta menambahkan, fisik anak balita yang tak sesempurna orang dewasa jadi faktor utama risiko bahaya yang tinggi akan menimpa mereka. “(Risikonya) hipotermia. Risikonya lebih tinggi karena fisik yang belum sekuat orang dewasa," katanya.
Menurut dr Denta, tak ada patokan usia untuk anak boleh atau tidaknya mendaki gunung. Namun, hal itu perlu dikondisikan dari jenis dan cuaca di gunung itu sendiri. Dia menyarankan agar anak-anak khususnya usia balita tidak diajak mendaki gunung. "Gak ada patokan (usia) khusus. Tergantung kondisi gunung dan anak. Semakin ekstrem, tentu anak sebaiknya tidak diajak naik gunung,” kata dr Denta.