Fokus program Pak Rahman saat ini adalah beras dan cabai karena harganya yang sedang melambung tinggi di musim kemarau. Bahkan, selisihnya bisa sampai puluhan ribu rupiah dengan yang ada di pasar tradisional.
“Beras itu selisihnya bisa sampai Rp2.000. Kemudian bawang Rp5.000 sekilonya, dan cabai dijual di situ (Pak Rahman) Rp50.000 sekilonya. Di pasar itu Rp80.000 sampai Rp100.000. Jadi betul-betul itu untuk meringankan masyarakat,” ujar Ita.
Seperti diketahui, saat ini hanya Bulog yang dapat menyediakan beras dengan harga murah tapi dengan kualitas yang cukup rendah. Namun, di Pak Rahman, masyarakat bisa mendapatkan beras kualitas bagus dengan harga terjangkau.
Kegiatan Pak Rahman terbukti sukses, Walkot Ita mengatakan bahwa sejak akhir 2022, program tersebut sudah digelar sebanyak 125 kali. Bahkan, ada pihak yang meminta untuk menggelar kegiatan tersebut beberapa kali di wilayahnya.
“Ada satu perusahaan ini yang minta satu bulan sekali. Kita sih senang, karena semakin banyak, petani juga semakin sejahtera. Mereka tidak terkena tengkulak, langsung dibeli dari petani, duitnya juga langsung cash keras,” katanya.
Melihat keberhasilan Pak Rahman, Pemkot Semarang juga akan meluncurkan program terbaru. Ini diharapkan dapat semakin meringankan beban masyarakat dan membantu menyediakan tempat untuk para petani menjajkan langsung hasil bumi mereka.
“Terbaru yang akan dilaunching TPID. Jadi ini pandawa, itu adalah toko. Kan dari Bank Indonesia juga butuh untuk balancing harga. Jadi nanti kami menyiapkan tempat dan support biaya-biaya oleh Bank Indonesia. Tokonya itu ada di pasar, dan yang mengelola itu Badan Usaha Milik Petani. Jadi modelnya mirip koperasi,” kata Walkot Ita.