Lebih lanjut Lily menjelaskan, temuan ini juga sangat berguna untuk menghentikan kebiasaan makan tidak sehat pada anak-anak, akibat penggunaan media sosial yang berlebihan. Studi yang dipublikasilan pada journal Appetite ini juga telah melakukan survey khusus kepada 369 mahasiswa dan mahasiswi.
Survei tersebut dilakukan untuk mengestimasi seberapa banyak buah, sayuran, serta jumlah kalori dan gula yang masuk ke tubuh teman-teman mereka di media sosial setiap hari. Informasi itu kemudian akan dicocokkan dengan data dari kebiasaan makan mereka sendiri. Hasilnya pun cukup mengejutkan.
Mahasiswa dengan circle pertemanan yang hobi mengonsumsi junk food, cenderung memiliki kebiasaan serupa. Bahkan, porsinya bisa lebih banyak.
Sementara mereka yang memiliki lingkungan pertemanan sehat, justru lebih banyak mengonsumsi buah-buahan dan sayuran. Persepsi ini diklaim muncul setelah melihat foto atau konten tentang makanan yang diunggah oleh teman-temannya di media sosial.
"Penelitian seperti ini membuktikan bagaimana kebiasaan makan kita dipengaruhi oleh persepsi kita tentang orang lain di media sosial," ujar Aislint Pigott, seorang ahli gizi dari British Dietetic Association.
"Oleh karena itu promosi hidup sehat yang dilakukan di media sosial, terutama yang berfokus pada makanan dan kondisi tubuh, sangat diperlukan demi mempengaruhi keputusan mereka untuk menerapkan pola hidup sehat," tandasnya. Demikian dilansir dari Dailymail, Rabu (4/3/2020). (Dimas Andhika Fikri)