Kata ‘kandar’ mengacu pada tiang bambu yang digunakan para pedagang (kebanyakan Muslim dari India Utara) untuk membawa wadah besar berisi nasi kandar pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. Menurut cerita rakyat setempat, hidangan ini sangat populer di kalangan pekerja di dermaga Pulau Penang selama masa kolonial Inggris, banyak di antara mereka adalah pekerja imigran dari tempat lain di Kerajaan Inggris, khususnya Sub-Benua India.
Oleh karena itu, Nasi kandar merupakan hidangan yang sangat erat kaitannya dengan daerah Penang, dan sebagian orang percaya Penang adalah satu-satunya tempat di mana hidangan tersebut dibuat dengan benar.
Cara penyajian Nasi Kandar adalah dengan menambahkan berbagai macam kari yang sudah dimasak ke dalam sepiring nasi. Di restoran, terdapat pilihan hingga 40 atau 50 hidangan berbeda yang bisa ditambahkan ke nasi. Jumlah biaya yang dikenakan untuk hidangan bergantung pada berapa banyak kari yang Anda tambahkan ke hidangan dan daging apa yang ada di dalam kari.
Hidangan yang paling khas dari penyajian nasi Kandar adalah kuah dari berbagai kari yang ditambahkan ke dalam nasi sebagai penyedap tambahan. Masyarakat Melayu mempunyai kata khusus untuk menambahkan kuah pada nasi, yaitu ‘banjir’ yang artinya kuah kari yang membanjiri nasi tersebut.