4 Bisnis Baru Startup yang Bakal Melesat, Apa Saja?
JAKARTA, iNews.id - Perusahaan rintisan (startup) kini memasuki era baru yang bakal melesat seiring perkembangan teknologi digital. Selain lebih efisien, bisnis baru startup tak lagi menawarkan beragam promo yang dikonotasikan sebagai bakar uang.
Direktur Eksekutif ICT Institute, sekaligus pengamat teknologi, Heru Sutadi, mengatakan ke depan ada 4 bisnis baru startup yang bakal melesat. Adapun 4 bisnis baru startup tersebut mengarah pada:
- Kecerdasan buatan atau artificial intelligence
- Big data analytic
- Internet of things
- Metaverse
Sedangkan startup seperti e-commerce, pembayaran digital, travel dan edukasi sudah melewati masa pertumbuhan dan cenderung mentok. Jika tak mampu survive atau naik kelas menjadi unicorn, startup di bidang tersebut diperkirakan akan rontok.
"Semakin ke sini, pendanaan kian sulit, apalagi untuk startup yang layanannya sudah melewati fase pertumbuhannya seperti e-commerce, pembayaran digital, travel dan edukasi. Ke depan arah baru startup yang akan melesat adalah yang mengusung kecerdasan buatan, big data analytuc, internet of things, maupun metaverse," kata Heru Sutadi, kepada MNC Portal Indonesia, Sabtu (4/6/2022).
Menurut dia, perusahaan startup yang bergerak di bidang e-commercem pembayaran digital, travel dan edukasi terlalu banyak memperlihatkan pencitraan yang justru merugikan dirinya sendiri.
Hal itu, terlihat dari pencitraan yang memberikan gaji besar serta kantor mewah dengan fasilitas modern. "Kalau mendapat pendanaan besar tidak masalah, tapi kalau pendanaan tidak besar, jadi pemborosan," kata Heru Sutadi.
Jika perilaku bakar-bakar uang yang dilakukan oleh startup melalui berbagai promo masih terus berjalan, dia memprediksi bahwa 1 sampai 2 tahun akan mengalami kerontokan.
"Kalau saya melihat jika dalam 1-2 tahun ini tidak survive atau menjadi unicorn, maka startup level menengah bersiap untuk rontok. Sehingga, gelombang PHK startup dalam skala besar maupun kecil akan sering kita lihat dalam beberapa waktu ke depan," ungkap Heru Sutadi.
Dia memaparkan, banyaknya perusahaan startup yang melakukan pemutusan hubungan kerja kepada karyawannya disinyalir merupakan fenomena ledakan gelembung atau bubble burst.
Menurut Investopedia.com, fenomena ini merupakan kondisi bisnis yang cepat mengalami kenaikan namun cepat juga mengalami penurunan. Namun, Heru Sutadi menilai kondisi startup saat ini bukan fenomena pecahnya gelembung, melainkan adanya kebocoran pada gelembung tersebut.
"Kalau saya melihat ini bukan pecahnya gelembung, tapi gelembung mulai bocor," ujar Heru Sutadi.
Dia menjelaskan, adanya kebocoran gelembung tersebut dikarenakan saat ini perusahaan startup sulit untuk mendapatkan pendanaan serta tidak mempunyai aset. Padahal untuk meraih pengguna kebanyakan dari startup harus melakukan bakar uang.
Terkait dengan keputusan dari startup LinkAja dan Zenius yang melakukan pemutusan kerja terhadap karyawannya. Heru menilai langkah reorganisasi menjadi pilihan dan salah satu solusi bagi starup tersebut untuk tetap survive.
Editor: Jeanny Aipassa