8 Juta Rumah Tak Berpenghuni, Pemerintah Jepang Jual Rumah Hanya Seharga Rp7 Juta
Meski sudah mematok harga yang rendah, ternyata tak mudah untuk menjual Akiya di Jepang. Pasalnya membeli rumah bekas di Jepang sering dikaitkan dengan mitos kesialan akibat fenomena bunuh diri, pembunuhan, atau kodokushi, yakni meninggal sendiri tanpa diketahui orang lain. Hal itu, memicu stigma bahwa membeli rumah bekas adalah kegagalan sosial bagi seseorang.
Namun Pemerintah Jepang tak kehilangan akal untuk menawarkan Akiya, yang kian bertambah di masa pandemi Covid-19. Selain mematok harga rendah bahkan gratis, pemerintah juga menawarkan subsidi pembelian rumah atau perawatan anak bagi warga Jepang yang bersedia pindah ke pedesaan dan menempati Akiya.
Syaratnya, warga Jepang yang berusia di bawah 40 tahun, memiliki pasangan atau satu anak di bawah 18 tahun. Akiya yang ditempati pun diizinkan untuk dimanfaatkan sebagai tempat usaha, seperti warung makan, toko kelontong, atau bengkel.
Calon pemilik Akiya hanya perlu menyiapkan biaya untuk mengurus pajak dan administrasi, serta kemungkinan biaya tambahan untuk renovasi rumah yang tidak tercover subsidi pemerintah.
Syarat tersebut berlaku bagi warga negara Jepang atau yang telah memiliki visa permanent resident dan berkomitmen untuk menjadi penghuni tetap Akiya di pedesaan.