ASEAN Centre for Energy: 2050, Permintaan Energi di Asia Tenggara Naik 3 Kali Lipat dari 2020
"Kami yakin AEO7 dapat membuka jalan kesempatan untuk kemitraan yang lebih kolaboratif guna kemajuan, keamanan dan ketahanan energi di ASEAN," ujarnya.
Beberapa temuan-temuan yang dimuat dalam AEO7, pertama, pertumbuhan permintaan energi di ASEAN akan terus meningkat hingga 2050, diperkirakan sekitar tiga kali lipat dari 2020. Bahan bakar fosil tetap menjadi komponen terbesar dari sistem energi.
Tanpa upaya yang signifikan, kawasan ini dapat menjadi net importir gas pada 2025 dan net importir batubara pada 2039. Transisi energi yang aman dan tangguh adalah kuncinya.
Kedua, upaya ASEAN saat ini menunjukan bahwa pangsa Energi Baru dan Terbarukan (EBT) akan mengungguli target kapasitas terpasang sebesar 2,9 persen pada 2025. Sebaliknya, bagian EBT dalam total pasokan energi akan berkurang sebesar 5,5 persen dan pengurangan intensitas energi berkurang sebesar 2,8 persen.
Ketiga, skenario LCO menyoroti upaya alternatif diatas tahun 2025 yang hemat biaya, dimana sistem pembangkit listrik dapat menelan biaya 174,7 miliar dolar AS lebih rendah dari skenario target regional tahun2021-2050 — hal itu tak lain ialah untuk mengamankan wilayah yang dianggap sebagai jaringan listrik ASEAN dan sistem penyimpanan baterai dan energi.
Terakhir, Penerapan EBT yang kuat dalam skenario kebijakan regional akan menghasilkan emisi sebesar 4,3 tCO2e/kapita (25 persen lebih rendah dari baseline), 5,5 juta pekerjaan pada tahun 2050, dan 8,8 juta hektar lahan yang dibutuhkan untuk biofuel.
Editor: Jujuk Ernawati