Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Penerimaan Pajak Digital Tembus Rp43,75 Triliun hingga Oktober 2025
Advertisement . Scroll to see content

Belum Rampung, Ternyata Proyek KCJB Sudah Berkontribusi Rp5,34 Triliun untuk Penerimaan Negara

Jumat, 11 Februari 2022 - 13:45:00 WIB
 Belum Rampung, Ternyata Proyek KCJB Sudah Berkontribusi Rp5,34 Triliun untuk Penerimaan Negara
Penampakan satu dari dua terowongan proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung. (Foto: Istimewa)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) yang belum rampung, ternyata sudah berkontribusi pada penerimaan negara

Presiden Direktur PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC), Dwiyana Slamet Riyadi, menyebutkan kontribusi KCJB untuk penerimaan negara sampai 31 Desember 2021 mencapai Rp5,34 triliun. 

Detailnya, Rp3,73 triliun berupa Penerimaan Negara dari Pajak seperti setoran kewajiban pajak, dan sisanya berupa penerimaan Negara Bukan Pajak  pembayaran penggantian PBB rumija Rp 16,9 miliar, pembayaran sewa BMN untuk stasiun Halim sampai 50 tahun ke depan sebesar Rp 1,16 triliun, pembayaran sewa rumija tol trase KCJB Rp 436,8 miliar.

Dia mengungkapkan, kontribusi lain dari KCJB adalah adanya pertumbuhan ekonomi negara seperti yang tertuang dalam pre-assessment Tahun 2018-2019 yang dilakukan oleh Sucofindo sebagai Assessor. 

"Pertumbuhan ekonomi tersebut bersumber dari aktivitas local purchase yang mencapai 69,70 persen dari seluruh total belanja pengadaan yang dilakukan dalam proyek KCJB," kata Dwiyana, di Jakarta, Jumat (11/2/2022). 

Proyek KCJB, lanjutnya, juga berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi warga terdampak lewat realisasi pengadaan lahan sebesar Rp15 triliun yang dibayarkan langsung pada warga dengan harga yang sesuai undang-undang terkait. 

"Belum lagi, serapan tenaga lokal untuk proyek KCJB yang mencapai 13.477 orang," ungkap Dwiyana.

Terkait dengan Penyertaan Modal Negara (PMN) yang diberikan pemeerintah, Dwiyana menjelaskan, hal itu merupakan solusi yang diberikan negara berupa suntikan modal pada BUMN sponsor KCJB.

Proyek KCJB, lanjutnya, 75 persen dibiayai lewat pinjaman dari CDB, 25 persen dari ekuitas. Biaya tersebut melalui konsorsium PSBI (4 BUMN) sebesar 60 persen, dan BUMN China 40 persen. 

Akibat adanya pandemi Covid-19, 4 BUMN sponsor Indonesia sampai dengan bulan April 2021 belum bisa melakukan setoran modal secara penuh sehingga pemerintah memutuskan untuk menyuntikan PMN kepada PT KAI yang kini menggantikan WIKA sebagai leading sponsor. Pada 31 Desember 2021, PT KAI telah melakukan setoran modal kepada KCIC lewat PT PSBI selaku konsorsium BUMN Indonesia untuk proyek KCJB. 

Menurut dia, suntikan PMN kepada PT KAI tersebut saat ini digunakan untuk berbagai kebutuhan yang bersifat urgent dalam upaya percepatan pelaksanaan proyek seperti pembayaran sewa BMN Rumija Tol dan penggantian PBB Jasa Marga, biaya penyambungan UJL PLN, investasi untuk  implementasi GSM-R, pembayaran progres pekerjaan kepada  kontraktor dan konsultasi supervisi, asuransi, pajak, dan material offshore penting.

Dwiyana menjelaskan, meskipun proyek KCJB ini melibatkan APBN melalui PMN, skema bisnis KCJB tidak berubah, yakni B2B. PMN yang disuntikan untuk KCJB adalah berupa suntikan modal untuk PT KAI sebagai BUMN Sponsor KCJB.

“Skema proyek tidak berubah. PMN digunakan lebih untuk kebutuhan setoran modal PT KAI ke PSBI, PSBI ke KCIC, jadi skema projectnya masih B2B tidak B2G,” tutur Dwiyana.

Editor: Jeanny Aipassa

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut