Berjalan Lambat, Pertumbuhan EBT Sulit Capai Target 23 Persen di 2025
JAKARTA, iNews.id – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menargetkan penurunan emisi sektor energi dapat mencapai 377 juta ton CO2 pada 2035 mendatang. Target itu, tertuang dalam draf Grand Strategi Energi Nasional atau GSEN yang sedang disusun pemerintah.
Direktur Eksekutif Energy Watch, Mamit Setiawan, mengatakan program bauran energi baru terbarukan (EBT) yang ditargetkan mencapai 23 persen pada 2025 berjalan cukup lambat. Sejauh ini, lanjutnya, program bauran energi tersebut tidak berjalan secara maksimal.
“Berdasarkan data dari 2015, pertumbuhan untuk menggunakan bauran energi sudah ada 400–500 Megawatt. Tetapi di 2020, pertumbuhan hanya mencapai 187 Megawatt. Jadi, saya kira memang sejauh ini pertumbuhan untuk mencapai target EBT 23 persen pada 2025 sepertinya sangat sulit tercapai,” kata Mamit, dalam acara Market Review IDX Channel, Rabu (14/4/2021).
Mamit menjelaskan, untuk mencapai target EBT 23 persen pada 2025, Indonesia membutuhkan pertumbuhan yang cukup signifikan, yakni antara 1-3 Gigawatt setiap tahun.
“Pertumbuhannya antara 1–3 Gigawatt pertahun sampai mencapai 23 persen pada 2025. Buat saya itu sepertinya agak berat sekali dan tidak mungkin tercapai di angka tersebut pada 2025 nanti,” ujar Mamit.
Melihat kondisi saat ini, lanjutnya, raihan bauran EBT paling tinggi diperkirakan hanya mencapai 20 persen pada 2025. Itupun dengan asumsi bahwa hal tersebut akan terwujud jika ada upaya yang sangat besar dari pemerintah.
“Paling tinggi ya, itu dengan asumsi ada effort yang besar sekali dari pemerintah terutama PLN sebagai salah satu stakeholder yang berperan sangat signifikan. Karena kalau sampai sejauh ini PLN tidak bergerak secara signifikan dengan menggunakan energi baru terbarukan, feeling saya 20 persen akan susah,” ujar Mamit.
Editor: Jeanny Aipassa