Deretan Miliarder yang Masuk Pemerintahan Trump, Elon Musk hingga Jared Isaacman
Trump telah memilih Jared Isaacman, yang memiliki kekayaan senilai 1,8 miliar dolar AS atau setara Rp29,10 triliun, untuk mengepalai NASA.
Isaacman memperoleh kekayaannya melalui dua perusahaan, yaitu perusahaan pemrosesan pembayaran Shift4, yang diperdagangkan secara publik, dan usaha penerbangan Draken International, yang kemudian dijual ke Blackstone.
Isaacman akan membawa pengalaman luar angkasa yang sesungguhnya ke dalam perannya sebagai administrator NASA. Dia pernah pergi ke luar angkasa dua kali dalam penerbangan sipil SpaceX yang didanainya dan dia melakukan perjalanan luar angkasa komersial pertama pada bulan September.
Pilihan Trump untuk posisi Menteri Perdagangan jatuh kepada Howard Lutnick, yang memiliki kekayaan lebih dari 1,5 miliar dolar AS atau setara Rp24 triliun berkat pengalamannya selama puluhan tahun di Wall Street.
Dia telah menjadi CEO Cantor Fitzgerald, sebuah perusahaan jasa keuangan, sejak 1991 dan perusahaan pialang spinoff-nya, BGC Partners, sejak perusahaan tersebut didirikan. Kesepakatan Cantor Fitzgerald mencakup akuisisi Ambrx senilai 1,9 miliar dolar AS oleh Johnson & Johnson.
Trump mengatakan bahwa Lutnick akan menjadi orang yang bertanggung jawab atas perdagangan, meskipun perwakilan Perdagangan AS, jabatan setingkat kabinet, biasanya mengisi peran tersebut. Lutnick akan mengawasi 13 lembaga, termasuk Biro Sensus dan Kantor Paten dan Merek Dagang.
Musk akan memimpin DOGE bersama miliarder lainnya, Vivek Ramaswamy. Dia meraup kekayaannya dari industri bioteknologi dan farmasi, memiliki kekayaan senilai 1,1 miliar dolar AS atau setara Rp17,78 triliun.
Dia mendirikan Roivant Sciences, perusahaan obat yang go public pada tahun 2021. Perusahaan tersebut memiliki kapitalisasi pasar hampir 9 miliar dolar AS, dan Ramaswamy, mantan CEO perusahaan tersebut, memiliki sekitar 10 persen dari saham yang beredar.
Pada tahun 2022, Ramaswamy mendirikan Strive Asset Management, sebuah perusahaan investasi yang mengambil pendekatan non-ESG terhadap pengelolaan uang. Perusahaan tersebut mengandalkan Wakil Presiden terpilih JD Vance, yang kuliah di sekolah hukum bersama Ramaswamy, sebagai investor.
Seperti Vance dan Trump, Ramaswamy membangun reputasi politiknya di atas fondasi pengalaman bisnisnya. Ramaswamy sangat kritis terhadap inisiatif ESG dan DEI perusahaan.