Ekspor Produk UMKM Indonesia Tertinggal dari Malaysia, Inikah Penyebabnya?
JAKARTA, iNews.id - Ekspor produk usaha mikro, kecil, dan menengah Indonesia masih tertinggal oleh Malaysia dan Thailand. Institute for Development of Economics and Finance (Indef) mencatat, tingkat ekspor produk UMKM dalam negeri stagnan di angka 19 persen.
Persentase ekspor ini cenderung tidak banyak tumbuh dalam beberapa tahun terakhir. Jika dibanding dengan negara-negara Asia Tenggara (ASEAN), ekspor produk UMKM Indonesia tertinggal.
Wakil Direktur Indef Eko Listiyanto mencatat, persentase produk usaha mikro di Malaysia di angka 20 persen. Sedangkan Thailand mendekati 30 persen.
"Dilihat secara produktif kelihatan, dari ekspor begitu, Indonesia masih tertinggal dibandingkan Malaysia dan Thailand. Sekitar 15 persen porsi UMKM untuk ekspor, itu Malaysia sudah mendekati 20 persen. Sementara Thailand sudah mendekati angka 30 persen," ujar Eko dalam Webinar Indef, Senin (10/5/2021).
Menurut pengamatan Indef, salah satu faktor fundamental yang mendorong kinerja usaha mikro di Malaysia adalah upaya pengembangan ekosistem. Di mana, otoritas setempat memperkuat level pembiayaan dan pembinaan bagi pelaku UMKM.
"Saya tertarik melihat seperti apa Thailand dan Malaysia dalam membangun UMKM begitu. Ya salah satunya kalau Malaysia membangun ekosistem untuk UMKM, jadi baik dalam level pembiayaan dan pembinaan, itu juga dilakukan secara intensif, sehingga wajar kemudian mereka mampu naik kelas dan ekspansi bisnisnya hingga sampai ke ranah ekspor," tuturnya.
Aspek kredit pun menjadi instrumen lain dari pengembangan UMKM di Malaysia. Porsi kredit perbankan di negeri itu untuk sektor UMKM mencapai 50 persen. Persentase itu naik signifikan jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.
Sementara, rasio pembiayaan UMKM di Indonesia masih di kisaran 19-20 persen. Eko menilai, dukungan pembiayaan untuk UMKM mampu mendorong kinerja usahanya.
"Kalau kita lihat, ini spesifikasi dari sisi kreditnya dan dukungan pembiayaan. Dukungan pembiayaan di Indonesia sangat flat, ini sekitar 19-20 persen. Dari tahun ke tahun segitu-gitu aja, enggak naik-naik, sehingga harus ada terobosan. Kalau enggak ada terobosan akan sangat tertinggal," tutur dia.
Meski demikian, upaya transformasi Kementerian BUMN dengan menghadirkan Holding Ultra Mikro dinilai langkah tepat untuk membuat roda UMKM bergeliat. Holding tersebut merupakan sinergi antara PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, PT Pegadaian (Persero), dan PT Permodalan Nasional Madani (Persero) atau PNM.
Editor: Jujuk Ernawati