George Soros Serang Google dan Facebook
DAVOS, iNews.id – George Soros, miliarder asal Amerika Serikat (AS) berdarah Hungaria melancarkan ‘serangan’ kepadadua perusahaan raksasa teknologi, Alphabet Google dan Facebook.
Sorosmenyebut mereka melakukan monopoli yang berpotensi dimanipulasi oleh rezim otoritarian untuk menghancurkan demokrasi.
Dalam jamuan makan malam dalam Forum Ekonomi Dunia di sebuah resor di pegunungan Swiss, Soros membicarakan berbagai isu termasuk Presiden AS Donald Trump hingga aksi spekulasi massal yang dilakukan terhadap mata uang kripto, bitcoin. Namun, isu yang paling banyak dibicarakan Soros adalah perusahaan teknologi yang bermarkas di Silicon Valley yang menurutnya perlu diregulasi lebih ketat.
“Facebook dan Google secara efektif mengontrol lebih dari separuh penerimaan iklan di internet,” kata pria berusia 87 tahun tersebut saat memberikan pidato di sela-sela makan malam seperti dikutip dari Channel News Asia, Jumat (26/1/2018).
“Mereka mengklaim posisinya hanya sebagai medium informasi. Faktanya mereka adalah medium informasi yang hampir melakukan monopoli dan menjadikannya sebagai komoditas publik. Seharusnya mereka tunduk pada aturan yang lebih ketat demi mendorong kompetisi, inovasi, dan akses universal yang adil dan terbuka,” kata dia.
Soros pun memprediksi perusahaan raksasa teknologi seperti Google dan Facebook rela berkompromi untuk mengakses pasar utama seperti China dan membangun kerja sama antara negara otoriter dengan monopoli besar mereka yang kaya akan data.
“Ini mungkin hasil dari kontrol otoritarian website yang mungkin tidak pernah dibayangkan oleh Aldous Huxley atau George Orwell,” katanya. Dua nama orang yang disebut Soros adalah novelis sekaligus filsuf yang hidup di akhir tahun 1800 hingga pertengahan dekade abad 20.
Soros juga memprediksi pemerintah AS akan mulai melakukan regulasi ketat di sektor teknologi informasi, terutama data. Dia mengatakan, “Davos adalah tempat yang tepat untuk mengumumkan bahwa masa-masa mereka tinggal menunggu waktu.”
Orang yang telah melegenda karena kesuksesannya di perdagangan mata uang ini juga menolak menyebut bitcoin telah mengalami bubble. Dia mengatakan, mata uang kripto tersebut akan terhindar dari kehancuran karena rezim otoriter masih menggunakannya sebagai investasi rahasia di luar negeri.
Namun, tidak berarti bahwa prediksi Soros selalu benar. Pada tahun lalu di forum yang sama, Soros mengingatkan reli bursa Wall Street akan berhenti setelah Trump memenangkan pemilu. Dia juga menyebut, pertumbuhan ekonomi China tidak berkelanjutan. Nyatanya, perekonomian China terus tumbuh sementara pasar modal AS terus menerus mencetak rekor.
Editor: Ranto Rajagukguk