Gunung Anak Krakatau Erupsi, ESDM Minta Warga Hindari Radius 5 Km dari Kawah Aktif
Dalam pengamatan kegempaan, kata Agung, Gunung Anak Krakatau mengalami enam kali tremor harmonik dengan amplitudo 12-17 mm, lima kali gempa low frequency, dua kali gempa vulkanik dangkal berdurasi 10-12 detik, satu kali gempa vulkanik dengan durasi 25 detik, serta satu kali gempa tremor menerus beramplitudo 0,5-25 mm (dominan dua mm).
Erupsi Gunung Anak Krakatau pertama terjadi pada Sabtu (16/7/2022) pukul 22.55 WIB disertai tinggi kolom letusan teramati 1.500 meter di atas puncak dengan amplitudo maksimum 50 mm selama 29 detik.
Dilanjutkan, pada pukul 23.39 WIB dengan tinggi erupsi 1.500 meter di atas puncak. Selang sehari, Anak Krakatau kembali mengeluarkan erupsi dengan tinggi 2.000 m di atas puncak selama 79 detik.
Secara historis, menurut Agung, potensi bahaya longsoran tubuh Gunung Anak Krakatau merupakan ancaman bahaya permanen yang perlu selalu diwaspadai dan diantisipasi. Ini utamanya oleh instansi berwenang dalam peringatan dini bahaya ikutan gunung api seperti tsunami.
"Longsoran tubuh gunung api tidak dapat diprediksi waktu kejadian dan volumenya, serta tidak bergantung pada kondisi sedang mengalami erupsi maupun tidak. Longsoran tubuh gunung api dapat terjadi dengan atau tanpa diawali peningkatan aktivitas gunung api," tuturnya.
Karena itu, dia pun meminta masyarakat mematuhi rekomendasi yang dikeluarkan Badan Geologi Kementerian ESDM melalui PVMBG. Juga, tidak terpancing berita tidak benar dan tidak bertanggung jawab mengenai aktivitas Gunung Anak Krakatau.
Selain itu, selalu mengikuti arahan instansi berwenang, yakni Badan Geologi yang akan terus melakukan koordinasi dengan BNPB dan kementerian/lembaga, pemda, dan instansi terkait lainnya.
Informasi aktivitas gunung api di Indonesia, gempa bumi, dan gerakan tanah terkini dapat diperoleh melalui aplikasi Magma Indonesia atau laman www.vsi.esdm.go.id atau magma.esdm.go.id, dan media sosial PVMBG (Facebook, Twitter, dan Instagram pvmbg).
Editor: Jujuk Ernawati