LONDON, iNews.id - Perdana Menteri (PM) Inggris yang baru Rishi Sunak akan menghadapi tantangan besar dalam membenahi stabilitas ekonomi dan politik di negaranya. Tugas lainnya yang berat adalah membawa Inggris keluar dari resesi.
Mantan menteri keuangan Inggris ini menggantikan Liz Truss, yang merupakan lawan sebelumnya. Sunak akan resmi menjalankan peran barunya setelah dilantik oleh Raja Charles III.
IHK China Naik 0,2 Persen pada Oktober 2025, Deflasi Harga Produsen Mereda
Sunak mengatakan, prioritas utamanya dalam menghadapi tantangan ekonomi yang serius di negaranya adalah dengan menyatukan partai dan negaranya.
"Inggris adalah negara yang hebat, tetapi tidak diragukan lagi kita menghadapi tantangan ekonomi yang serius. Kami membutuhkan stabilitas dan persatuan, dan saya akan menjadikannya prioritas utama saya untuk menyatukan partai dan negara kami," kata dia, dikutip dari CNN Business, Selasa (25/10/2022)
Inflasi Inggris Kembali Tembus Level Tertinggi 40 Tahun gara-gara Harga Pangan Melonjak
Sementara investor dengan hati-hati menyambut berita kemenangannya. Poundsterling bergerak fluktuatif terhadap dolar AS pada Senin (24/10/2022) waktu setempat dan sempat menguat saat Sunak terpilih jadi PM baru. Imbal hasil obligasi Inggris bertenor 10 tahun, yang bergerak berlawanan dengan harga, turun menjadi 3,76 persen. Indeks FTSE 250 dari perusahaan menengah Inggris naik 1,1 persen.
Sunak dalam kampanye sebelumnya berjanji untuk membantu rumah tangga mengatasi kenaikan biaya hidup. Dia mengatakan akan memotong pajak, tetapi hanya setelah tekanan harga mereda.
Inggris Terancam Pemadaman Listrik di Musim Dingin jika Krisis Energi Eropa Meningkat
Adapun ukuran aktivitas ekonomi yang diawasi ketat turun ke level terendah 21 bulan di Oktober. S&P Global, yang menyatakan secara efektif mengonfirmasi Inggris dalam resesi.
"Ketidakpastian politik dan ekonomi yang meningkat telah menyebabkan aktivitas bisnis turun pada tingkat yang tidak terlihat sejak krisis keuangan global pada 2009, jika bulan-bulan selama lockdown pandemi dikecualikan," ucap Kepala Ekonom Bisnis di S&P Global Market Intelligence Chris Williamson.