Harga Gas Eropa Anjlok ke Level Terendah dalam 18 Bulan
LONDON, iNews.id - Harga gas alam Eropa turun ke level terendah dalam 18 bulan terakhir. Hal ini menandakan bahwa benua biru telah terhindari dari krisis energi yang mengancam sebelumnya.
Mengutip CNN Business, harga gas grosir turun hampir 5 persen pada perdagangan hari Jumat mencapai 49 euro per Megawatt jam (MWh). Angka ini terendah sejak September 2021 dan sebagian kecil dari level tertinggi sepanjang masa pada Agustus tahun lalu di angka 320 euro per MWh.
Penurunan yang luar biasa harga gas Eropa ini terjadi beberapa bulan setelah mengalami kekurangan pasokan dan potensi pemadaman imbas penurunan ekspor gas dari Rusia. Dengan begitu, anjloknya harga akan semakin mengurangi risiko resesi di Eropa.
Menurunnya harga gas terdorong cuaca yang mulai hangat di Eropa. Lalu, upaya kawasan benua tersebut untuk menghemat, dan mencari pemasok alternatif untuk mengisi penyimpanan.
Adapun, penyimpanan gas di seluruh Uni Eropa telah mencapai 65 persen dari kapasitas. Angka ini jauh di atas rata-rata sebesar 45 persen dalam lima tahun ke belakang.
Uni Eropa telah meningkatkan impor pipa gas alam dari Norwegia dan gas alam cair yang kebanyakan diimpor dari Amerika Serikat (AS) dan Qatar.
“Eropa sepertinya telah berhasil melepaskan diri dari gas Rusia. (Harga gas) masih relatif mahal, dibandingkan dengan rata-rata jangka panjang sebelum krisis, tetapi tingkat harga saat ini tidak lagi mencerminkan risiko kelangkaan, seperti yang terjadi pada tahun lalu,” ujar Direktur Energi, Iklim, dan Sumber Daya Eurasia Group, Henning Gloystein dikutip, Minggu (19/2/2023).
Sementara, ekonom di Bank Berenberg, Salomon Fiedler berharap Eropa dapat menghindari krisis energi pada musim mendatang. Hal ini bisa dilakukan dengan mempertahankan tingkat impor saat ini dari pemasok non-Rusia, konsumsi gas tetap 20 persen di bawah tingkat rata-rata, dan produksi gas dalam negeri tetap sama.
“Jika yang terburuk menjadi yang terburuk, kombinasi dari tidak adanya pasokan Rusia, cuaca yang lebih dingin dan penghematan yang berkurang secara signifikan akan membuat Uni Eropa berisiko kekurangan (pasokan) di musim dingin mendatang,” tuturnya.
Editor: Aditya Pratama