Harga Kedelai Naik, Kemenperin Dorong IKM Tempe Tahu Genjot Produksi
JAKARTA, iNews.id - Produsen tahu dan tempe skala industri kecil menengah (IKM) didorong untuk terus meningkatkan produktivitas secara higienis dan efisien. Hal tersebut perlu dilakukan di tengah tingginya bahan baku kedelai.
Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) Kementerian Perindustrian, Gati Wibawaningsih mengatakan, Kemenperin terus mendorong pelaku IKM lewat berbagai program pembinaan, seperti pendampingan, bimbingan teknis produksi dan sertifikasi keamanan pangan.
“Cara pengolahan yang mudah, mesin dan peralatan yang sederhana, membuat tahu tempe banyak diproduksi di seluruh pelosok tanah air. Dominannya berada di Pulau Jawa, yakni di Provinsi Jawa Tengah, Jawa Barat dan Jawa Timur. Sebagian besar adalah pelaku skala kecil,” katanya di Jakarta, Kamis (7/1/2021).
Gati menjelaskan, tahu dan tempe merupakan produk makanan olahan yang berasal dari kedelai. Kedua produk tersebut sangat familiar bagi penduduk Indonesia, bahkan tidak jarang yang mengonsumsi dalam frekuensi tinggi.
“Hal ini tampak dari konsumsi tahu per kapita per minggu sebesar 0,15 kg dan konsumsi tempe per kapita per minggu sebesar 0,14 kg,” katanya.
Selain karena harga yang terjangkau, tahu dan tempe juga mengandung banyak kandungan gizi. “Hampir 90 persen kedelai di Indonesia digunakan untuk pembuatan tahu dan tempe, sedangkan sisanya untuk produk lainnya seperti tauco dan kecap,” kata Gati.
Guna meningkatkan produktivitas IKM tahu dan tempe, Kemenperin juga terus mendorong penerapan teknologi tepat guna, fasilitasi mesin dan peralatan, serta pemanfaatan program restrukturisasi mesin dan peralatan.
“Tidak hanya itu, dalam rangka penumbuhan wirausaha baru IKM tahu tempe dan produk olahan turunan tahu tempe, juga diberikan pembinaan SDM dan teknologi produksi seperti pelatihan manajemen dan teknis produksi serta diversifikasi produk,” ujar Gati.
Editor: Rahmat Fiansyah