Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Anak Riza Chalid Heran Didakwa Rugikan Negara Rp2,9 Triliun: Itu Kontrak Sewa 10 Tahun
Advertisement . Scroll to see content

Harga Minyak Mentah Melemah dalam Sepekan Imbas Permintaan Melemah

Sabtu, 09 Maret 2024 - 06:43:00 WIB
Harga Minyak Mentah Melemah dalam Sepekan Imbas Permintaan Melemah
Harga minyak mentah turun dalam seminggu dengan Brent turun 1,8 persen dan West Texas Intermediate (WTI) AS turun 2,5 persen. (Foto: Reuters)
Advertisement . Scroll to see content

HOUSTON, iNews.id - Harga minyak mentah melemah sekitar 1 persen pada perdagangan akhir pekan, Jumat (8/3/2024). Hal ini membuat masing-masing patokan komoditas tersebut turun dalam seminggu, dengan Brent turun 1,8 persen dan West Texas Intermediate (WTI) AS turun 2,5 persen. 

Mengutip Reuters, melemahnya harga minyak mentah karena pasar masih waspada terhadap lemahnya permintaan China bahkan ketika kelompok OPEC+ memperpanjang pengurangan pasokan.

Minyak mentah berjangka Brent turun 88 sen atau 1,1 persen pada perdagangan akhir pekan menjadi 82,08 dolar AS per barel. Lalu, WTI turun 92 sen atau 1,2 persen menjadi 78,01 dolar AS per barel.

“Sementara pasokan tetap terbatas karena pengurangan produksi OPEC dan sanksi Rusia yang memperlambat ekspor, permintaan dari China tampaknya tertinggal dan permintaan di AS belum meningkat,” ucap Wakil Presiden Senior Perdagangan di BOK Financial, Dennis Kissler dikutip, Sabtu (9/3/2024).

China pada awal pekan ini menetapkan target pertumbuhan ekonomi pada 2024 sekitar 5 persen, yang menurut banyak analis merupakan target ambisius tanpa adanya stimulus lebih banyak.

Impor minyak mentah China meningkat dalam dua bulan pertama tahun ini dibandingkan dengan periode yang sama pada 2023. Namun, impor tersebut juga lebih lemah dibandingkan bulan-bulan sebelumnya, melanjutkan tren penurunan pembelian oleh pembeli terbesar dunia.

Di sisi pasokan, anggota OPEC+ yang dipimpin oleh Arab Saudi dan Rusia pada hari Minggu sepakat untuk memperpanjang pengurangan produksi minyak secara sukarela sebesar 2,2 juta barel per hari hingga kuartal kedua 2024. Hal ini sekaligus memberikan dukungan ekstra kepada pasar di tengah kekhawatiran terhadap pertumbuhan global dan peningkatan produksi di luar kelompok tersebut.

Namun, produksi minyak mentah di negara-negara OPEC+ meningkat sebesar 212.000 barel per hari (bpd) pada Februari dibandingkan produksi bulan Januari, menurut data dan penelitian Rystad Energy.

Sementara itu di AS, perusahaan-perusahaan energi pada minggu ini mengurangi jumlah rig minyak, yang merupakan indikator produksi di masa depan, sebanyak dua rig menjadi 504 rig pada minggu ini, jumlah terendah sejak 23 Februari. 

Pasar minyak telah menerima sinyal mengenai waktu kemungkinan penurunan suku bunga di AS dan Uni Eropa dalam dua sesi sebelumnya. Suku bunga yang lebih rendah dapat meningkatkan permintaan minyak dengan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Selain itu, pertumbuhan lapangan kerja di AS naik sebesar 275.000 nonfarm payrolls baru pada bulan Februari, menurut Biro Statistik Tenaga Kerja. Namun tingkat pengangguran juga meningkat dan pertumbuhan upah melambat, yang menunjukkan bahwa perekonomian AS mungkin melambat sehingga tetap memperhitungkan antisipasi penurunan suku bunga pada bulan Juni dari Federal Reserve (The Fed).

Ketua The Fed AS Jerome Powell mengatakan bahwa bank sentral tidak jauh dari mendapatkan kepercayaan yang cukup bahwa inflasi sudah cukup turun untuk mulai menurunkan suku bunga.

Editor: Aditya Pratama

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut