Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Rusia, China, dan Amerika Berlomba Pergi ke Bulan, Apa yang Dicari?
Advertisement . Scroll to see content

Ini 3 Cara China Bantu Topang Ekonomi Rusia

Kamis, 23 Februari 2023 - 14:18:00 WIB
Ini 3 Cara China Bantu Topang Ekonomi Rusia
Ini 3 cara China bantu topang ekonomi Rusia.
Advertisement . Scroll to see content

BEIJING, iNews.id - Rusia kena sanksi Barat sejak melakukan invasi ke Ukraina. Sanksi tersebut berdampak besar pada perekonomian negara yang dipimpin Vladimir Putin. 

Dalam kondisi tersebut, China sebagai negara sahabat membantu menopang ekonomi Rusia. Dikutip dari CNN Business, berikut tiga cara China yang merupakan pembeli komoditas terbesar dunia dan kekuatan ekonomi kedua terbesar di dunia itu telah menopang ekonomi Rusia:

1. Membeli Energi Rusia

Barat memberikan sanksi terhadap Rusia berupa embargo penjualan minyak dan pembatasan harga minyak mentahnya, penolakan akses ke SWIFT, dan pembekuan aset bank sentral di luar negeri. Akibat sanksi tersebut, Bank Dunia memperkirakan, ekonomi Rusia tahun lalu merosot 4,5 persen. 

Namun menurut pemerintah Rusia, pendapatan negara meningkat. Itu karena melonjaknya harga energi dan upaya Rusia mengubah rute ekspor ke lembeli lain, seperti China dan India. 

"China telah mendukung Rusia secara ekonomi dalam artian telah meningkatkan perdagangan dengan Rusia, yang telah melemahkan upaya Barat untuk melumpuhkan mesin militer Moskow," kata analis senior untuk China dan Asia Timur Laut di Eurasia Group Neil Thomas.

Menurutnya, Presiden China Xi Jinping ingin memperdalam hubungan China dengan Rusia yang semakin terisolasi. Dia menambahkan bahwa status paria Rusia memungkinkan China untuk lebih memanfaatkannya dalam mendapatkan energi murah, teknologi militer canggih, dan dukungan diplomatik untuk kepentingan internasional China.

Berdasarkan angka bea cukai China, total perdagangan antara China dan Rusia mencapai rekor tertinggi baru pada tahun lalu, melonjak 30 persen menjadi 190 miliar dolar AS. Secara khusus, perdagangan energi telah meningkat tajam sejak dimulainya perang.

China membeli minyak mentah senilai 50,6 miliar dolar AS dari Rusia dari Maret hingga Desember, naik 45 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya. Impor batu bara melonjak 54 persen menjadi 10 miliar dolar AS. Pembelian gas alam termasuk gas pipa dan LNG meroket 155 persen menjadi 9,6 miliar dolar AS.

2. Mengganti Pemasok Barat

Laporan Layanan Riset Kongres AS dari Mei 2022 menyebutkan, Rusia telah menghabiskan miliaran dolar AS untuk membeli mesin, elektronik, logam dasar, kendaraan, kapal, dan pesawat terbang dari China. 

"Meskipun China enggan memberikan dukungan langsung pada perang Rusia, hubungan bilateral akan terus tumbuh karena Beijing bersifat oportunistik," ujar Thomas.

Di sisi lain, Rusia juga perlu mencari pengganti impornya dari pasar Barat, seperti mobil dan elektronik.

"Dan di sini China dengan kapasitas industrinya tidak dapat disaingi oleh produsen besar lainnya," ucap profesor di Moscow State Institute of International Relations Anna Kireeva.

Menurut data terbaru perusahaan riset Rusia Autostat, merekmobil China, seperti Havel, Chery, dan Geely, pangsa pasarnya melonjak dari 10 persen menjadi 38 persen dalam setahun setelah hengkangnya perusahaan mobil Barat dari Rusia. Angka itu diperkirakan akan tumbuh lebih tinggi lagi tahun ini. 

Sementara di industri elektronik, menurut perusahan riset pasar Counterpoint, merek China menyumbang sekitar 40 persen dari pasar smartphone pada akhir 2021. Setahun kemudian, mereka hampir mengambil alih industri dengan pangsa pasar 95 persen.

3. Memberikan Alternatif Dolar AS

Setelah beberapa bank Rusia terputus dari SWIFT, Rusia beralih dari sebelumnya menggunakan dolar AS menjadi mata uang China, yuan.

Perusahaan Rusia telah menggunakan lebih banyak yuan untuk memfasilitasi peningkatan perdagangan dengan China. Menurut Kireeva, bank-bank Rusia juga melakukan lebih banyak transaksi dalam yuan untuk melindungi mereka dari risiko sanksi.

Pangsa yuan di pasar mata uang asing Rusia melonjak menjadi 48 persen pada November 2022 dari posisi Januari 2022 yang kurang dari 1 persen.

Data yang dirilis SWIFT, Rusia menjadi pasar terbesar ketiga di dunia untuk pembayaran yuanpada Juli 2022, di belakang Hong Kong dan Inggris. Sejak itu, Rusia tetap menjadi salah satu dari enam pasar teratas untuk perdagangan yuan.

Kementerian keuangan Rusia juga telah menggandakan porsi cadangan yuan yang dapat dipegang dana kekayaan kedaulatan negara menjadi 60 persen, setelah sebagian besar simpanannya dibekukan oleh sanksi internasional.

Menteri Keuangan Rusia Anton Siluanov mengatakan, Rusia hanya akan membeli yuan pada 2023 untuk mengisi kembali dana kekayaan negara.

"Dari semua mata uang asing yang dimiliki bank (sentral) Rusia, hanya yuan Tiongkok yang tidak dibekukan dan tetap menjadi mata uang yang bersahabat," kata Kireeva.

"Kami kemungkinan akan melihat dedolarisasi lebih lanjut dari perdagangan luar negeri Rusia secara umum dan sebuah peningkatan pangsa perdagangan dalam mata uang nasional dengan semua negara yang bersahabat atau netral terhadap Moskow," imbuhnya.

Dengan lebih banyak cadangan yuan, Rusia dapat menggunakan mata uang China untuk menstabilkan rubel dan pasar keuangannya. Rubel telah jatuh lebih dari 40 persen terhadap euro dan dolar AS pada tahun lalu, dan indeks saham utama Rusia telah terkoreksi lebih dari sepertiga.

Kementerian Keuangan Rusia bulan lalu mengumumkan akan melanjutkan intervensi valuta asing dengan menjual yuan dan membeli rubel. Namun hal itu mengalami kendala.

Menurut surat kabar Rusia Kommersant, UnionPay, sistem pembayaran China, dilaporkan telah berhenti menerima kartu yang diterbitkan oleh bank Rusia karena kekhawatiran akan sanksi Barat.

"Bisnis besar China mewaspadai sanksi sekunder dan berhati-hati dalam berurusan dengan entitas Rusia di bawah sanksi atau dengan pasar Rusia secara umum," ujar Kireeva.

Editor: Jujuk Ernawati

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut